Aku menyeringai di
kaca. Memamerkan gigi-gigi tajamku. Dua taring yang mengkilap. Cakar yang
menakjubkan. Badan yang atletis. “Hmm… buat seekor calon Raja Hutan di gurun pasir Afrika,
lumayanlah…” pikirku.
“Grrh.. Zimu!”
Geraman Paman Z’hili yang menggelegar mengagetkanku.
“Ya, Paman?” Aku menghampiri Paman.
“ Kamu sudah makan? Kalau belum, Paman bawa dua ekor marmot
segar. Nih.“
Plok. Dua ekor marmot imut putih abu-abu jatuh ke kaki Paman
Z’hili.
Week.., aku menelan ludah. Perutku mual seketika.
“Makasih, Paman, tapi aku masih kenyang. Aku sarapan seekor
anak rusa sisa tadi malam. Aku simpan buat nanti, deh..” bualku.
Di depan Ayah Zimba dan Paman Z’hili, aku harus kelihatan
gagah dan berwibawa. Kan aku calon
pengganti mereka!
“Aah, kamu anak muda harus banyak-banyak makan. Oke, Paman
berangkat dulu. Kelihatannya tadi ada segerombolan bison lewat di Cadas
Berangin. Kamu mau ikut berburu, tidak?’” Paman menawarkan. Buat seekor singa,
berburu itu penting .
“Euh.. aku janjian sama Nala mau berangkat sekolah bareng,
Paman.”
Alasan yang tepat. Nala sepupuku, adalah anak Paman Z’hili.
Alasan yang tepat. Nala sepupuku, adalah anak Paman Z’hili.
Hap! Dengan lompatan indah
ia menghilang dibalik bukit.
Hhh.. lega deh.. aku menyundul kedua marmot itu. Matanya
terbuka sedikit.
“Hei, sudah aman ! Ayo
sana pulang, keburu pamanku datang lagi, loh “
Kedua marmot itu bangun seketika. Matanya membelalak. Tak percaya lolos dari cengkeraman
seekor singa.
“Terimakasih. Kamu pasti singa temannya Timone dan Mumba, kan?
Aku tidak akan lupa. Daah..”
Dengan terbirit –birit kedua ekor marmot itu melesat pergi.
Oke..oke.. sebelum kalian pada bingung, sebenarnya aku singa
vegetarian. Jadi aku tidak makan daging. Ini akibat aku suka berteman dengan
Timone Tupai dan Mumba si Babi Hutan... hehe..
Aku segera berlari ke rumah Nala di seberang Tanjung Harapan. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumahku. Tapi…
ups !
Di tengah jalan, tiga ekor hyena gurun, cengengesan
menghadang. Zazu, Banza dan Shenzi si kelompok pembuat onar. Terlambat buat
memutar.
“Wah.. wah.. lihat, siapa itu yang datang. Yang mulia Zimu.”
ejek Banza.
“Sorry, Ban, aku buru-buru nih, ada PR dari Madam Sarabi
Monyet”
“…Bwaahahhahahaaaaa..!” pecah tawa hyena perusuh itu.
“Sendirian saja, kawan?” cekikik Shenzi. Hyena jelek ini selalu
tertawa cekikikan. Mengganggu kuping banget suaranya.
“Serahkan dulu uang jajanmu. Hari ini kita belum punya makan siang.
Iya kan, sob?” Zazu yang sok jagoan memutariku.
Keringatku menetes. Dalam kebingunganku, tiba-tiba ada dua
pasang mata terlihat mengintai dari balik bebatuan besar. Aha!
“Hei! Kalian tidak mau berurusan dengan tupai jahil Timone dan
kena srudukan babi hutan Mumba, kan? Sebaiknya kalian menyingkir, deh.. atau..”
kukeraskan suaraku sambil mengerdip pada dua pasang mata kecil itu.
“Atau apa, sobat?” Banza menarik-narik tas sekolahku.
“Sudah, cepat ambil saja uang dan bekal makan siangnya.
Kelamaan!” bentak Zazu.
Aah.. aku pasrah dikeroyok mereka. Berdoa semoga ada bala bantuan…
Tiba-tiba..ssiuuutt…… Puk!
“Aduuh! Siapa sih ini nimpuk-nimpuk batu!” Shenzi menjerit
kesakitan.
Bletak ! Tak ! Tuk! Tak!
“Aaw! Sakit! Ampuun ! Aduh ! Mamiii..”
Dan.. tahu-tahu saja kami semua dihujani batu-batu kerikil.
Aku mengambil kesempatan ini untuk segera minggir.
Grubuk ..grubuk..grubak!
Derap beberapa ekor kaki terdengar.
Serempak mata kami melihat asal bunyi.
Aku bernafas lega. Benar saja, kedua pasang mata kecil itu milik
dua ekor marmot tadi pagi. Mereka menangkap nada suara minta tolongku, dan
segera memanggil Timone dan Mumba.
Bersama mereka ada Hopi Gajah, Amachi Jerapah dan Nala singa
cantik sepupuku yang galak. Rupanya mereka mengkatapel dengan batang kaktus!
“Hayo.. cepat kembalikan lagi barang-barangku! “ kutunjuk dada Zazu.
“I..i…iya.. nih, ambil..” Shenzi melempar kembali kotak bekal
dan uang jajanku.
“Grrhh.. yang sopaan!” Jerit Nala.
“Ayo, minta maaf!” ujar Timone berkacak pinggang di punggung
Mumba.
“Mmm..kami minta maaf, Zimu..”
“Makanya, lain kali jangan suka mengeroyok teman!” Mumba
menambahkan.
Ketiga hyena pembuat onar itu melangkah pergi dengan gontai.
“Terimakasih, teman-teman atas bantuannya. Terutama buat
kalian, marmot kecil”. Aku memandangi mereka. Senyumku merekah.
“Sama-sama. Kamu juga menolong kami tadi pagi. Oya, aku Bo dan
ini adikku Bi”
“Namaku Zimu.” Kami bersalaman.
“Nah, kalau sudah kenal, Bo dan Bi jangan dimakan, ya..” Nala
mengingatkan.
Semua tergelak mendengarnya.
Kamipun berjalan ke sekolah bersama-sama sambil menyanyi lagu
“Kepompong”. Aah.. indahnya berteman dan saling menolong itu, ya!
Tidak ada komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)