Dan.. inilah tulisanku. Enjoy ^_^
Pluk. Selembar kertas bertulisan tangan mandarin kuno terjatuh ke kaki
ketika aku membuka kotak tua yang diberi oleh kakekku, Hou. Aku membuka dan
membacanya.
“Usiaku enam tahun ketika A ma mengajarkan seni kekuatan yang tak
terlihat. Ia bisa berupa strategi menang dalam debat, dihormati orang lain sekaligus
dibenci karena iri hati. Dan itu adalah catur.”
Tepat setahun sejak ia pergi untuk selamanya, kakek Hou memberi dan
sekaligus mengajarkan seni chatrang –catur dalam bahasa Yunani- padaku. Saat itu
aku baru saja menangisi kepergian Boy, anjing rottweilerku yang setia, dan
untuk ukuran seekor anjing, tampan. Haa (^_^)
Sejak itu, hingga kakek Hou-demikian ia kupanggil-menghembuskan nafas
terakhirnya kemarin pagi, aku sibuk memikirkan kemana bidak-bidak catur membawa
nasibku hari itu.
Tak kuhiraukan lagi Deny dan gerombolannya yang selalu mengambil uang
jajanku, ibu tiri Aneta Ching yang cerewetnya luar biasa, selalu menyuruh
mencuci piring bekas para pelanggan warung mie ayamnya dan menyuruhku berlarian
ke segala penjuru untuk sekedar berbelanja sebotol merica dan tongcai di pasar. Juga guruku, si tua A Tok yang dengan kejam memukul ujung jariku ketika aku lalai memotongnya.
“Hong, ayo cepatlah kau selesaikan cuci piring, hari ini kita lindungi
jiong (raja) dengan memainkan ci (benteng) dan ma (kuda).” Seru kakek Hou
padaku. Oh, omong-omong namaku Bobby, tapi aku dipanggil A Hong karena nama
Cinaku. Hong artinya merah atau ‘sign of good luck’ kata kakek Hou.
Aku menyerap pelajaran catur secepat spons menghisap air cucian piringku.
Aku tahu bahwa posisi raja aman jika didampingi dua menteri, dua gajah dan kuda
diapit benteng. Sementara, lima pionku siap mati di posisi terdepan.
Bagiku, catur bukan sekadar permainan, namun jalan untuk mengubah hidup. Aku
berkelana didalam istana raja jika di dunia nyata aku dijepit para pemalak
sekolah, bahkan dicubit ibu tiriku. Catur memberi pelajaran hidup luar biasa
dan memberiku kepercayaan diri .
Dan,
inilah aku sekarang. Di sudut krematorium. Terisak kehilangan kakek Hou, kakek sekaligus
sahabatku. Kudekap erat-erat kotak tua ini, sebuah dunia yang berbeda
dari kehidupan di dunia nyataku yang hina dan miskin papa..
Tidak ada komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)