Gairah
Yang Indah
Menjadi Ibu Rumah Tangga total selama hampir sepuluh
tahun bukanlah cita-citaku yang utama. Tenggelam dalam kesibukan menanti buah
hati (lebih dari 5 tahun) dan diberi anugerah luar biasa karena mereka akhirnya
hadir susul menyusul, memang membuatku bahagia.
Tapi, lalu apa? Rasanya ada sesuatu yang ‘hilang’
setelah aku memutuskan tidak bekerja lagi. Nah, aku tahu kalau aku punya passion
menulis awalnya saat aku disuruh menjadi tutor dalam kajian Alqur'an, sederhana
saja : meringkas lalu menceritakan kembali.
Aku memakai jasa warnet kala itu. Setahun aku timbul
tenggelam bersama anak-anak di warnet (mereka diboyong ke warnet semua.. hahah)
dengan biaya tinggi dan pekerjaan rumah yang terbengkalai *kan kalo sudah menulis
suka lupa waktu - dan, jangan lupa, uang jajan meningkat!
Saat
itulah aku menyadari ada gairah yang timbul. Desakan kuat untuk menuliskan apa
saja, hingga aku memutuskan untuk ikut dalam pelatihan menulis di sebuah
komunitas bernama Women’s Script.
Passionate writing doesn’t mean you have to write about
romance or erotica. Writing
with passion is to write authentically and from the heart.
No
Pain No Gain
Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan menulis (yaa,
semua bentuk pelatihan aku ikuti karena penasaran dengan berbagai jenis dan
bentuk tulisan). Walaupun mengurangi jatah dapur, ahaa.. Aku juga memberanikan
diri mengikuti berbagai lomba, kontes maupun kuis yang ada di berbagai
komunitas dan blog.
Alhamdulillah, aku sering sekali menang, hingga satu
kali para pengasuh komunitas berkata, “Mbak Tanti boleh ikut, untuk meramaikan
saja yaa.. tapi ngga berharap menang untuk memberi kesempatan pada yang lain!”
aku bersyukur sekaligus tertawa geli membacanya..
Bukan hanya itu, suami dan anak-anak juga sangat
mendukung sehingga sekarang diberikan berbagai kemudahan dan fasilitas. Yang
tadinya tak memiliki komputer, sekarang ada dua buah komputer dan laptop, ditambah
kemudahan wi-fi. Ia mengerti aku juga sesekali harus menyapa teman-teman
penulis atau editor dan penerbit.
Jadi,
Kenapa Harus Menulis?
Selain alasan klise seperti : bisa bekerja di mana saja
dan kapan saja hingga tak terikat waktu, selain mendatangkan penghasilan sambil
bisa tetap mengawasi anak-anak di rumah, aku juga merasa tidak gampang terpicu
amarah maupun emosinya.
Disamping itu, menulis membuat otak kita selalu waspada
dan menyerap berbagai situasi dan kondisi di masyarakat. Menulis dengan passion, sama seperti mengajak seseorang
berbincang dalam membahas satu topik dengan fokus dan dalam.
Hebatnya lagi, dengan menulis mendekatkan diri kita
pada banyak perusahaan dan penerbitan. Di komunitas, aku juga sering mendapat
undangan menghadiri peresmian produk, bedah buku, syuting di televisi, rekaman
di radio dan .. ini dia.. jalan-jalan!
Arti
menulis dari hati menurutku..
Aku berusaha menulis segala sesuatu dengan hati. Jika
itu berupa artikel, aku takkan puas dengan hanya mengandalkan mesin pencari di
internet, tapi juga kalau bisa mengambil gambar dan melakukan wawancara. Kadang
dilihat orang aneh dan istilah jaman sekarang ini kepo, ya..
Jika sedang menulis novel atau cerita fiksi,
aku turut merasakan obyek dalam tulisanku bergerak,
laksana sebuah filem yang tayang. Kadang, detak jantungku berdegup lebih
kencang ketika tokoh-tokohku berinteraksi.
Aku juga pernah jatuh cinta pada
satu sosok tokoh antagonis dalam novelku! Karena tokoh antagonis tidak berarti sosok kejam
tanpa dasar, kan? Ia punya alasan tersendiri dalam melakukan sesuatu. Ingat
saja tokoh dalam novel Perfume karangan Patrick Suskind. Tokoh utamanya adalah
si pembunuh!
Tantangan
kala menulis
Kala menulis,
Segenap perhatian yang tercurah akan membuat
imajinasiku bergerak lincah. Kubiarkan interaksi mereka mengalir hingga
jemariku mengetik tanpa henti, merasakan adegan demi adegan…
Oya, aku juga sering mengintip berbagai diksi populer,
semata demi membuat tulisanku ‘update’
– valid dan relevan seiring jaman. Itu juga membuat perbedaan dari penulis lain,
bukan?
Selain menulis fiksi dewasa, aku juga menikmati menulis
bacaan anak-anak. Padahal dulu aku tidak tahu dunia anak yang sebenarnya.
Tantangannya? Tentu saja ada. Memilih karakter yang
unik dan melekat dalam ingatan anak-anak, sekaligus memberi masukan dan
pengetahuan tanpa menggurui!
Berbagilah,
Maka Duniamu Akan Semakin Indah!
At
last,
Dengan kemudahan telekomunikasi, jaringan internet
serta kecanggihan teknologi gadget, dunia menulis menjadi semakin marak dan
mudah. Saat ini, banyak sekali anak-anak, remaja hingga pensiunan meramaikan
dunia penerbitan.
Ada satu kalimat menarik yang aku kutip dari seorang
penulis senior, Zara Zettira saat acara bedah buku bersama komunitas Women’s
Script dan Wajah Bunda Indonesia kemarin.
“Jangan jadikan tulisan kita sebagai komoditas belaka, trend menulis ini, semua ikut. Booming menulis itu, semua ikut-ikutan.
Hingga idealisme kita sebagai penulis terabaikan.”
Saat ini kuusahakan menjadi penulis yang efektif dengan
berbagi juga kepada teman-teman penulis lain. Selain kami saling berbagi
informasi, juga berguna untuk introspeksi.
Yup, passionate writing really does sell..
Tidak ada komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)