Hare gene, sapa sih yang ga butuh duit? Ngacung, ayok coba kalo berani...
Beragam cara dilakukan sejak krisis moneter sekaligus demo dan pelengseran Presiden RI ke 2 tahun 1997 yang maha dahsyat itu terjadi. Aku masih bekerja di salah satu resto waralaba terbesar di Indonesia yang sedang booming dan menjamur. Masih segar dalam ingatanku, dalam tempo beberapa bulan, sekitar 40 buah resto tutup seketika.
Aku bukan salah satu yang "beruntung" mendapat PHK pada saat itu. Aku malah mengeluarkan beberapa karyawan, ada yang membawa anaknya yang masih balita, ada yang menangis tanpa henti di pojokan.. fiuuuh... Untunglah -dan kemudian hari malah kusesali- mereka pulang dengan membawa sejumlah uang yang jumlahnya sekian tahun masa kerja x jumlah gaji.
Nah, sejak itu karyawan-karyawan PHK mulai mengenal kalimat wirausaha dan wiraswasta. Ada yang dagang baju, pakaian dalam impor yang ia dapat dari pabrik yang bangkrut atau terbakar, alat rumah tangga elektronik, hingga sikat gigi dan odol. Bahkan, ada juga karyawanku yang berjualan ayam goreng a la warung waralaba tempatku bekerja. Guess what? Yoi. Dia sekarang menjadi bos dari beberapa 'gerai' Fried Chicken pinggir jalan dengan omzet harian = sebulan gajinya!
Hebatnya, satu hingga dua tahun setelah teman-teman di PHK, perusahaan mulai merasa mendapat angin segar kembali, karena dirasa situasi lingkungan sudah aman. Untuk men-training ulang manajer baru, jelas butuh dana banyak serta waktu yang tak sebentar, sementara kebutuhan dirasa mendesak. Maka, perusahaan menawarkan kembali posisi manajer dengan beberapa catatan. Antara lain, lulus SOP dan MDP (Management Development Program), dan sebagainya. Ya tentu saja, banyak yang 'pulang kampung'!
Bagaimana dengan aku yang tadinya tidak di PHK? Tentu saja aku kesal, jika saja aku tahu akan begini jadinya, lebih baik pada saat itu kuterima saja uang remunerasi yang jumlahnya fantastis. Toh, setahun kemudian bisa balik lagi dengan jabatan yang sama ya.. *gigit laptop.
Eh, kok jadi melantur.. oya tadi kan ingin tahu, sejak kapan ya, wirausaha itu marak di Indonesia? Kurasa sejak saat itu, yang namanya MLM - Direct selling - Arisan Berantai - Arisan Logam Mulia dan lain-lain bermunculan.
Sistem arisan Manusia
Membantu Manusia (MMM) kini tengah marak diperbincangkan. Bagaimana
tidak, dengan sejumlah uang yang ditempatkan di rekening tertentu,
setiap bulannya peserta MMM bisa meraup untung sebesar 30 persen.
Meski demikian, keamanan arisan MMM ini masih diragukan. Sebab, keamanan dan penjaminan jika terjadi masalah atau sengketa (dispute) masih belum jelas. Sebenarnya, bagaimana sistem organisasi MMM itu?
"Ini hanya saling transfer-transfer antar-member.
MMM ini hanya komunitas, bukan badan hukum ataupun organisasi," kata
salah seorang "manajer" MMM bernama Ricky
Lebih
lanjut, Ricky mengungkapkan, pada dasarnya dalam MMM tidak ada pihak
yang menjamin uang yang ditransfer seseorang. Dengan demikian, sistem
arisan MMM hanya merupakan sebuah sarana untuk saling membantu antara
satu anggota dan anggota lainnya. Lantas, bagaimana cara kerja MMM?
Ricky
menjelaskan, untuk langkah pertama, seseorang harus mendaftar terlebih
dahulu di situs web MMM yang tersedia. Setelah memperoleh akun, anggota
harus mengirimkan atau mentransfer uang dengah nominal tertentu. Ini
dinamakan Provide Help alias PH.
"PH dengan nominal tertentu
minimal harus (mentransfer) Rp 100.000, tapi saya sarankan Rp 400.000
maksimal Rp 11 juta. Kemudian sistem akan mencarikan member MMM lain
yang harus kita transfer," jelas Ricky.
Setelah 14 hari dari
waktu di mana seseorang melakukan PH, maka orang tersebut sudah bisa
memperoleh Get Help atau GH. Bila seseorang telah bisa melakukan GH, ia
dapat menarik uang beserta dengan pertumbuhan uangnya. "Tapi belum 30
persen. Kalau sudah sebulan baru 30 persen," kata Ricky.
Terkait MMM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta masyarakat untuk mengecek sebelum menempatkan dananya pada suatu instrumen investasi. Sebab, MMM menjanjikan bunga cukup besar setiap bulannya dari dana yang disetorkan.
"Masyarakat, tolong hati-hati karena kan high risk, high return.
Kalau tidak ada yang mengawasi, dia (masyarakat) percaya ke siapa?
Siapa yang melindungi? Jangan sampai ketika enaknya dinikmati; (dapat)
tidak enaknya, marah-marah," kata Direktur Direktorat Pengembangan
Kebijakan Perlindungan Konsumen OJK Anto Prabowo.
Baru denger istilah MMM ini...
BalasHapusIni sudah lama mas, dulu ada tuh di arisan berantai di Bank swasta paling terkenal di Indonesia, sekarang di modifikasi
Hapusbetul, harus selalu berhati2. Jangan mudah tergiur dgn janji2
BalasHapustapi temenku katanya sih udah membuktikan... entahlah.. saya juga ga tergiur
Hapuspada dasarnya saya gak menyenangi arisan, Mak. Jadi, denger kata arisa udah males duluan :D
BalasHapusha haaa... tapi kalo satu kali "arisan" dapet segambreng ga nolak juga kaaaan
HapusSaya enggak yakin bakal bertahan lama MMM. Tapi, semoga uang teman2 yang udah masuk tabungan aman.
BalasHapusJangan seperti kasus BJ. Hehehe
Aamiiien.. kita tunggu aja ya "kasus" bergulir. Semoga sih lancar jaya.. he he
HapusKalau aku gk pernah ikut arisan2 gitu.
BalasHapusTapi membaca cerita wirausaha pasca moneter 97' itu sangat menginspirasi banget. Bangkit, setelah terpuruk
kita ambil sisi positifnya ya, Rianda prayoga, ini tuh inspiring banget
Hapusboleh juga di coba
BalasHapuswaaaa... hahahaa.. nanti kabarin ya kalo dah sukses, tak doain deh!
HapusKlo inget MMM ini, saya rugi jutaan mba.. :( udah BEP sih, cuma kasian aja ma downline2ku..
BalasHapusAmit2 dah ikutan ginian lagi..
Yaa Allah.. Semoga semakin berhati hati dalam melangkah ya ..
Hapus