Udara masih sejuk dan embun menggantung di dedaunan ketika aku berangkat menuju Sukabumi pagi itu. Bersama rekan-rekan dari Travel Dompet Dhuafa, kami berangkat dari meeting point Ciputat, sementara beberapa rekan telah menunggu di meeting point tol Ciawi. Kami akan menuju Cisolok, sebuah kampung budaya. Wiih.. keren kan?
Usai berdoa yang dipimpin oleh masing-masing ketua rombongan, kami pun berangkat beriringan. Perjalanan sangat lancar kecuali sebelum Ciawi, karena jalan menyempit. Ada perbaikan jembatan rupanya. Perjalanan memakan waktu 5 jam hingga mobil berhenti di sebuah restoran pinggir pantai untuk rehat makan siang dan ... sesi narsis di pantai pun dimulai!
Berhubung jarang peserta yang bisa melihat pemandangan indah ini tiap saat, semua sibuk mengeluarkan isi hati kamera dan mengabadikan gaya masing-masing. Ada yang menulis nama di pasir, ada yang berlarian mengejar ombak -untung ga dikejar hiu, yaa- ada yang pose yoga (aku tentu saja) sampe levitasi!
Si kecil Icha, anakku berkejaran bersama ombak yang memecah bibir pantai. Guess what? Aku yang tadi sempat pusing dan mual akibat kelokan jalan, jadi sehat walafiat! Alhamdulillah.. terimakasih pantai!
Perjalanan kembali dilanjutkan, kali ini menyusuri bibir jurang yang berkelok-kelok. Curam dengan tanjakan berliku. Syukurlah, para driver piawai. Aku serasa ikutan acara Deadly Road yang ditayangkan di tv kabel itu.
TIBA DI KASEPUHAN SINAR RESMI
Persis 1 jam tiga puluh menit kemudian, kami pun tiba di Kasepuhan Sinar Resmi, sebuah desa mungil namun indah dan bersih, terletak di kaki gunung Halimun. Kasepuhan Sinar Resmi ini terletak di desa Sirna Resmi - Kecamatan Cisolok,
Kabupaten Sukabumi -sekitar 27 km dari kota Pelabuhan Ratu.
Uniknya, saat kami tiba disambut dengan tetabuhan bernama Ngagondang. Ngagondang adalah tetabuhan dengan cara membunyikan secara ritmis alu ke lesung untuk menumbuk padi.
Ngagondang, upacara menyambut tamu |
Abah dan Ambu, ikon masyarakat Kasepuhan memasangkan ikat kepala tanda selamat datang |
Me & the performers |
Abah memberi kata sambutan |
Mata pencaharian pokok masyarakat Sinar Resmi adalah bertani tradisional. Buat masyarakat adat Kasepuhan Sirna Resmi, padi adalah satu-satunya hasil pertanian yang tidak boleh diperjual belikan atau dengan kata lain Pamali, sehingga padi dan beras di lingkungan Kasepuhan Sinar Resmi tidak menjadi komoditi yang bebas diperjual-belikan.
Yang
menarik, filosofi yang dipegang berdampak positif
terhadap keberlangsungan pemeliharaan benih-benih padi lokal (pare asal).
Dalam hal bercocok tanam
padi, pemangku adat berada pada posisi pemegang otoritas pemeliharaan
benih.
Setiap incu putu (anak cucu) hanya boleh menanam benih yang diberikan dan telah
dapat restu
dari Pupuhu Adat Kasepuhan Sinar Resmi, yaitu Abah Asep Nugraha. Dengan demikian, keberlangsungan
pemeliharaan benih lokal tetap terjaga.
Kasepuhan Sinar Resmi hingga saat ini masih memiliki dan memelihara kelestarian benih padi sekitar 68 jenis varietas padi lokal terdiri dari padi huma dan padi sawah yang masih ada dan ditanam di Wilayah Kasepuhan Sinar Resmi.
Kasepuhan Sinar Resmi hingga saat ini masih memiliki dan memelihara kelestarian benih padi sekitar 68 jenis varietas padi lokal terdiri dari padi huma dan padi sawah yang masih ada dan ditanam di Wilayah Kasepuhan Sinar Resmi.
KERJA SAMA KASEPUHAN DAN CARE VISIT AGRICULTURE
Care Visit Agriculture yang digagas oleh Dompet Dhuafa, berdiri di bawah proyek Pertanian Sehat Indonesia, dan telah bekerjasama dengan Kasepuhan Sinar Resmi, sejak 8 bulan lalu. Proyek ini bertujuan untuk mempertemukan para donatur dan investor untuk Dompet Dhuafa.
Pak Jodi Direktur Pertanian sehat Indonesia Dompet Dhuafa menerangkan tentang beberapa program Dompet Dhuafa. Ada empat konsentrasi yang sedang dikembangkan, yaitu :
- pendidikan
- kesehatan
- pengembangan ekonomi
- kemandirian sosial
Program Pertanian Sehat itu sendiri bertujuan untuk swasembada pangan, karena masyarakat Indonesia sebenernya kan masyarakat agraris, ya..
Bersambung.
Bersambung.
Ceritanya kurang panjang. Jadi penasaran sama kegiatannya disana
BalasHapustunggu mbaaaak.... ini bersambuuuung!
HapusBiarkan ceritanya menggantung, agar yang baca makin penasaran, dan langsung cuss ke cisolok.hihi
BalasHapusYoiii ..bersambung ke part 2 mas Arie!
Hapusizin share..Bu...
BalasHapussilakan maas
Hapusditunggu part 2-nya bu....
BalasHapussiip .. ini sedang di edit mas! hihi.. makasih yaa
Hapuslanjut bu.....
BalasHapussiaaap!
Hapusternyata masih ada 4 program2 dari dompet dhuafa untuk kasepuhan ini yah mak tan, akuu baru tau ini :))
BalasHapusProgram dompet dhuafa emang keren-keren yaaa..
kemaren gak jadi ikutan levitasi di pantai , pas udah liat fotonya jadi mupeng :(
BalasHapus