Usai shalat maghrib, seperti biasa aku duduk-duduk di teras rumah. Rumahku memang tak menghadap ke jalan raya, namun ke arah rawa yang saat ini sudah tertutup sepenuhnya oleh air, membentuk sebuah danau yang dangkal. Udara sejuk, dan aku mulai mencoret-coret kertas. Sesekali, sebuah kepala kecil menyapa. Bertanya pe er atau sekedar melongok, memastikan aku ada di sana.
Di tengah hening malam, aku memikirkan keempat anakku. Yang paling besar, sudah duduk di kelas akhir SMU, dan hobi mendengar musik atau main game. Yang kedua, senang menggambar -sepertiku. Yang ketiga, satu-satunya perempuan, bermain jual-jualan sambil mengoceh dan .. sesekali berantem dengan yang bontot. Suara dan tingkah laku mereka lucu, walau kalau sudah berantem... astaghfirullaah. Sukses bikin aku jadi Maleficent!
Anak-anak memang tak dilahirkan dengan keterampilan motorik yang sempurna.
Untuk menyempurnakannya, butuh belajar dan praktek dari kecil. Tanpa
pengembangan keterampilan motorik yang tepat, anak-anak mungkin akan
mengalami kesulitan dan berjuang sangat keras disekolah.
Aku jadi ingat, dua hari lalu aku ikut Arisan Sampoerna Academy. Sebuah acara yang membahas seputar tema pendidikan berbasis STEM. Hadir juga di sana, Alissa Wahid, seorang psikolog keluarga dan konsultan
pendidikan. Perempuan putri sulung presiden Gus Dur ini selain fokus
pada bidang pendidikan juga aktif pada kegiatan-kegiatan yang menguatkan
keragaman dalam kesatuan.
Uniknya, Arisan yang memang melibatkan ibu-ibu ini, melibatkan kerjasama dan ada uji coba juga. Banyak yang tidak tahu, apa maksud dan tujuan dari uji coba sains di awal acara.
Jadi, intinya begini, kualitas
motorik seperti kita tahu, terbagi 2: Pertama ada motorik halus, misalnya gerakan-gerakan
memegang, berjalan, di masa balita. Kedua adalah motorik kasar,
misalnya melempar bola, berlari, memanjat, dll.
Buat masing masing orangtua, tentu punya cara untuk memancing motorik halus dan kasar pada anak balitanya. Misalnya, ada yang menatih anak agar cepat bisa jalan, tanpa
disadari, itu termasuk cara melatih motorik halus anak.
Ada juga cara melatih motorik kasar untuk anak yang sudah usia sekolah.Orang tua
bisa memilih pendidikan yang membuat siswa bisa bereksperimen.
Salah satu pendidikan yang memberi kesempatan anak berekeperimen adalah
Pendidikan berbasis STEM. Pendidikan STEM menggunakan pendekatan
Science, Technology, Engineering, dan Math. Siswa dididik berpikir
sekaligus bereksperimen secara langsung. Lewat kebiasaan bereksperimen di
sekolah, kemampuan motorik anak akan terlatih dengan baik. Pengaruhnya
tentu telihat di prestasi mereka.
Buat orangtua yang mengikuti perkembangan pendidikan, pasti merasa sistem pendidikan seperti di simpang jalan. Pendidikan formal di
sekolah memperoleh kritikan yang tajam dari beberapa kalangan. Sementara
pendidikan alternative selain di sekolah masih berada di
wilayah-wilayah tertentu saja.
Sebagai orang tua dan calon orang tua tentu menginginkan anak-anaknya
memperoleh pendidikan yang baik. Sehingga setiap orang tua akan
merencanakan pendidikan anak-anaknya sejak dini. Namun pendidikan
seperti apa yang pas untuk menghadapi era yang seperti sekarang ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)