Gimana ceritanya?
Seperti biasa, pagi itu usai mengantar anak-anak ke sekolah, kami berdua memutuskan mencuci mobil. Biasanya kami hanya cuci mobil di dekat rumah, bahkan seringnya mencuci sendiri sih.. tapi pagi itu, aku iseng dan ingin jalan-jalan.
Ketemu deh, satu tempat pencucian mobil yang jaraknya cukup jauh dari rumah. Tempatnya bersih, jadi aku dan bang Dho duduk ngopi sambil melihat orang mencuci. Tumben, jam segini mobil sudah berderet antri, sehingga sekitar sepuluh menit kemudian perutku berbunyi.
Rupanya, gas di dalam perutku yang kosong, sukses memecah saat usus bergerak peristaltik dan diabsorpsi sehingga menimbulkan bunyi "Krrrrkkkk .." yang cukup nyaring dan memalukan!
Bang Dho melirikku. Hanya dengan mengangkat sebelah alisnya, serempak kami berdiri. Mencari tukang makanan yang mangkal ternyata sulit, karena jalur ini dikenal sebagai daerah yang tertib lalin. Duh, gimana ini! Etapi, ketika kami memutuskan kembali, di sebelah kiri jalan, mataku menangkap pikulan dagangan.
Benar saja, tak jauh dari tikungan, mangkal beberapa pedagang K-5 namun semuanya sama. Terlihat tulisan "Kawasan Kuliner Khas Tangerang" dan hanya menjual Laksa Tangerang. Kami memutuskan untuk mencobanya.
Warung semi permanen beratap rumbia milik Bang Tubing ini yang akhirnya kupilih. Sama saja sih, hanya saja letaknya di pinggir luar sehingga mudah keluar masuk. Kami sepakat mencoba sepiring dulu.
Laksa Tangerang
Nama Laksa sendiri itu berasal dari bahasa Sanskerta loh (sok tau... sombong) dan diberi nama demikian, karena laksa biasanya terbuat dari mie atau bihun. Laksa yang kumakan ini, bihun berasnya terasa kasar, dan disiram dengan kuah pekat, berbahan dasar kacang hijau.
Rasa kuah laksa yang kental dengan aroma kelapa sangrai yang digerus menjadi taburan laksa, nyaris seperti makan toge goreng.
Kuah kental itu berasal dari campuran kecap, tauco dan santan encer berwarna kuning. Irisan daun kucai boros bertabur menutupi seluruh permukaan bihun yang ditaburi kacang hijau sangrai.
Untukku yang notabene berasal dari Jawa Tengah dan Kalimantan, dan terbiasa dengan makan yang bening-bening, tentu saja Laksa Tangerang kurang cocok di lidah.
Selain asin manis yang pungent dan aroma yang kuat melekat di lidah, aku juga kurang suka dengan bihun beras yang besar besar... oh ya, for your information, bihun ini hanya bertahan selama 12 jam, so kalo lebih dari waktu tersebut akan basi. Begitu kata Bang Tubing.
But anyway, untuk kamu yang penasaran dengan kuliner asli Tangerang, tempat ini layak dicoba kok..
Posisi Warung Laksa - Kawasan Kuliner Khas Tangerang
Bertempat di alur jalan protokol, tepatnya di Jl. M. Yamin, kira-kira dua ratus meter dari Tangerang City, satu kawasan hunian vertikal berkonsep superblock juga.
Jika kita telusuri, setelah mal TangCity ada taman tematik bernama Taman Potret. Tak jauh dari situ, kita bisa melihat barisan rapi rombong pikulan pedagang Laksa itu berjejer. Dinaungi pohon-pohon rindang dengan jalur pedestrian yang sejuk dan menyenangkan untuk dipandang.
Oya, kawasan kuliner khusus Laksa ini memang disediakan oleh Pemda Tangerang, mengingat Tangerang sedang bebenah untuk menjadi salah satu obyek wisata nasional.
Harga Laksa Tangerang
Tak mahal, kok. Hanya dengan merogoh kocek sebesar IDR 8ribu, kita bisa menikmati seporsi laksa.
Jika kita minta tambahan telur, ati ayam atau ayam, kita cukup menambah IDR 2ribu - 5ribu saja. Minuman yang tersedia adalah minuman botol dingin atau teh panas pahit.
Resep Laksa Tangerang (dikutip dari majalah femina)
Bahan:
- 3 sdm minyak sayur, untuk menumis
- 2 lembar daun salam
- 1 ekor ayam kampung (buras), potong 12 bagian
- 1 L air
- 1 L santan encer, dari 1 butir kelapa parut
- 200 g kentang, kupas, potong dadu 2 cm
- 25 g kacang hijau, rebus hingga lunak
- 75 g kelapa parut, sangrai, haluskan
- 1 batang bawang daun, potong-potong 1 cm
- 200 g bihun, seduh air panas hingga matang, tiriskan
- 15 butir bawang merah
- 10 buah cabai merah keriting
- 6 siung bawang putih
- 5 buah cabai merah
- 5 cm kunyit, bakar
- 4 cm jahe
- 4 cm lengkuas
- 2 sdt garam
- 1 sdm ketumbar
- 1 sdt merica putih bubuk
- 1 sdt gula pasir
- Panaskan minyak, tumis bumbu halus dan daun salam hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata.
- Masukkan air, masak hingga air menyusut (±30 menit). Tuang santan, lanjutkan memasak hingga berminyak (±10 menit).
- Kecilkan api, angkat ayam. Panggang di atas bara api hingga kecokelatan (±5 menit), angkat. Suwir kasar, sisihkan.
- Masukkan kentang, kacang hijau, kelapa parut sangrai, dan bawang daun ke dalam air kaldu, aduk rata. Masak sejenak (± 5 menit), angkat. Sisihkan.
- Susun bihun dan suwiran ayam di dalam mangkuk saji. Siram dengan kuah panas beserta isinya.
tempat yg beginian bikin betah mbak..adem dan pastinya udara seger lalu lalang masuk... :) apalgi makanannya enak2...huhuhu...sedap...
BalasHapusIya Dwi tempatnya adeeem
HapusDELAPAN RIBUUUU? KOK MURCE BINGIT?
BalasHapusAiiishh kok dikasih harga segitu malah histeris qiqiiqii...
HapusYa udah kalo kasian ama abangnya bayar pake.gobanan, ga usah minta kembalian
Penasaran sama rasa laksanya :D
BalasHapusEeeuhhh... siapkan lidahmu.untuk bertualang yaaaa
HapusJeng Sriiii kan dah gw bilang, pengen gitu jalan jalan ma yayang pagi pagi. Mumpung krucils empat sekolah semua huahahhahahaa.....
BalasHapusNah, jangan ketukar ama laksa Malay yang yummmiii seperti tom yam itu. Gue juga doyan kalo itu mah...
Kalo buat gue, rasa Laksa Tangerang agak ajaib...hehehe he
Laksa ini yg pake oncom kan ???
BalasHapusmirip2 toge gorengnya bogor ya mak tanti...
BalasHapusaku malah blom tahu nih klo di sekitar tangcity ada tempat wiskulan
thx for sharing mak...
Wah selama ini tahunya laksa Singapura, baru tau ada laksa Tangerang, coba ah :D
BalasHapusasyik tempatnya , bisa buat liburan keluarga waktu mulai lelah dan beristirahat :)
BalasHapusbtw, distu sudah terdapat bahan minuman powder yang bisa di bawa pulang ??