Jika diibaratkan sebuah bangunan, maka hati imajiner kita itu terbagi dalam beberapa bilik. Well, it's only in my mind, definitely..
Setiap bilik bertugas menjaga “input” yang masuk. Masing-masing bilik akan mencegah input A merusuh ke bilik B, agar tidak tercemar kebahagiaannya. Mungkin saja saya terinspirasi oleh film Inside Out yang sedang happening, tapi kalo boleh jujur, itu yang saya rasakan setiap kali berhadapan dengan emosi sejenis sedih atau bahagia.
Kebahagiaan itu sangat subyektif, ada definisi yang berbeda tentang kebahagiaan dari setiap orang. Bahkan, United Nation merasa perlu repot-repot membuat Indeks Bahagia Dunia. Menyusunnya berdasar riset kepadatan penduduk, harapan sekaligus tingkat kemapanan.
Ini sedang ngapain, coba ngomongin bahagia! Well... Di Hari Ibu, sejatinya seorang Ibu bahagia, karena ternyata bahagia itu enggak ribet dan enggak perlu ribet.
Dan saya tuh seorang Ibu.
Anak saya ada empat, dengan rentang usia cukup dekat. Ada masa di mana saya merasa kesal dan lelah karena harus melewati fase hamil – melahirkan – menyusui yang seakan tak ada habisnya. Ada masa di mana saya merasa saya tak cukup layak jadi Ibu untuk mereka.
Tapi, Tuhan berikan kesempatan untuk saya tumbuh menjadi seorang Ibu, dengan berbagai macam cara.
Ketika kamu berdoa minta kaya, Tuhan pasti berikan. Kaya identik dengan kata mampu. Ketika kamu mampu, kamu pasti kaya. See!
Begitu juga dengan kata bahagia yang saya pinta. Ketika pikiran saya ruwet dengan aneka jenis sulur pikiran yang saling membelit, ketidak-mampuan dan ketidak-tahuan itu menjelma menjadi kata : Tidak Bahagia.
Saya tidak bahagia dengan prestasi anak-anak, saya tidak bahagia dengan cara saya mengatur rumah tangga yang nyaris berantakan setiap saat, saya juga tidak bahagia karena kaki saya tak lagi panjang menjauh, menjangkau setiap tujuan.
Tapi..
Di satu titik, ketika saya lelah dan sedih… tangan-tangan mungil itu datang.
memeluk…
mencium lembut pipi saya
bahkan mencoba memijit sebisa mereka…
saat itulah, saya sadari bahwa saya menjadi Ibu yang paling bahagia di seluruh dunia, jagad raya dan alam semesta!
Di Hari Ibu tahun ini,
saya mendoakan setiap Ibu di seluruh dunia, untuk mencicipi kebahagiaan bersama anak-anak mereka. Ketahuilah, jadi Ibu adalah karunia.
Dan, saat tulisan ini tercipta, saya menatap mata mereka, sesekali memegang tangan mungilnya dan berkata dalam hati, “Mama bersedia menjadi Mama yang penuh cinta untukmu. Bahagiamu adalah juga bahagia Mama.”
Selamat Hari Ibu, dunia...
Anak saya ada empat, dengan rentang usia cukup dekat. Ada masa di mana saya merasa kesal dan lelah karena harus melewati fase hamil – melahirkan – menyusui yang seakan tak ada habisnya. Ada masa di mana saya merasa saya tak cukup layak jadi Ibu untuk mereka.
Tapi, Tuhan berikan kesempatan untuk saya tumbuh menjadi seorang Ibu, dengan berbagai macam cara.
Ketika kamu berdoa minta kaya, Tuhan pasti berikan. Kaya identik dengan kata mampu. Ketika kamu mampu, kamu pasti kaya. See!
Begitu juga dengan kata bahagia yang saya pinta. Ketika pikiran saya ruwet dengan aneka jenis sulur pikiran yang saling membelit, ketidak-mampuan dan ketidak-tahuan itu menjelma menjadi kata : Tidak Bahagia.
Saya tidak bahagia dengan prestasi anak-anak, saya tidak bahagia dengan cara saya mengatur rumah tangga yang nyaris berantakan setiap saat, saya juga tidak bahagia karena kaki saya tak lagi panjang menjauh, menjangkau setiap tujuan.
Tapi..
Di satu titik, ketika saya lelah dan sedih… tangan-tangan mungil itu datang.
memeluk…
mencium lembut pipi saya
bahkan mencoba memijit sebisa mereka…
saat itulah, saya sadari bahwa saya menjadi Ibu yang paling bahagia di seluruh dunia, jagad raya dan alam semesta!
Bahagia akan jadi sederhana ketika kamu membiarkan dirimu untuk bahagia, dan ketika itu terjadi, hal-hal kecil pun akan terasa menyenangkan. Saya tak peduli lagi jika saya bukan termasuk di dalam karakteristik dan tingkat demografi bahagia berdasar survei global Persatuan Bangsa-Bangsa…
Di Hari Ibu tahun ini,
saya mendoakan setiap Ibu di seluruh dunia, untuk mencicipi kebahagiaan bersama anak-anak mereka. Ketahuilah, jadi Ibu adalah karunia.
Dan, saat tulisan ini tercipta, saya menatap mata mereka, sesekali memegang tangan mungilnya dan berkata dalam hati, “Mama bersedia menjadi Mama yang penuh cinta untukmu. Bahagiamu adalah juga bahagia Mama.”
Selamat Hari Ibu, dunia...
Tulisan yang indah, Mak. Anak-anak denga kepolosannya memang sering mengesalkan tapi mereka juga sumber kebahagiaan. Baru tahu ada Indeks Bahagia yang dikeliarkan PBB ...
BalasHapusMet Hari Ibu :')
alhamdulillaah.. iya ini sedang ngebayangin wajah mungil mereka :)))
HapusPBB ngeluarin loh, dikau termasuk di dalamnya gak
Wah, saya juga baru tau Indeks Bahagia Dunia. Indeks Menderita ada juga gak, ya? hehehe...
BalasHapusSelamat Hari Ibu, Mak Tanti. Bahagia atau enggak yang paling tau diri kita sendiri ;)
Itu indeks bahagia tercipta soalnya kita suka sulit mengukur diri ya Jeng ...
HapusIndeks menderita .... Sepertinya orang lebih gampang ngukurnya. Dikit dikit baper....
Selalu ada senyum jika bersama anak-anak. :) Selamat hari ibu juga. :)
BalasHapusAiiih terimakasih banyak
Hapussetuju, Mbak. Selalu nyaman melihat ada anak di dekat kita :)
BalasHapusalhamdulillah diberi kesempatan dan kepercayaan yaaa mam Chi
Hapus