Dita menghela napas kesal setelah mengklik telepon genggamnya. Hingga saat ini, rasanya Dita tak pernah terpikir membeli komoditi tak tampak itu.
Ia tersenyum senang, ketika melihat di sudut tempat tidur ada tumpukan baju yang berhasil ia beli dengan harga sale. Ia juga membeli dua pasang sepatu imut berwarna fuchsia dan caramel untuk si kecil Deirdree, serta kaos keren Osh kosh untuk si ganteng Atilla.
Untuk suami tersayang, mas Guntur ia sudah membelikan sepasang kaus kaki bermerek, dan sebuah dompet kulit Toscano.
Hidup terasa indah untuk disia-siakan, pikir Dita. Jika ada uang lebih, suaminya tak segan mentraktir mereka sekeluarga menginap di hotel mewah dan bahkan uang bonus tahun ini, sudah dianggarkan untuk pelesir ke Legoland.
Dita berjalan ke arah dapur sambil menggendong si kecil Deirdree.
Dita terbelalak. Pipinya yang putih, terlihat pias kehilangan semburat merahnya. Dita gemetar, mengangguk. Tenggorokannya tercekat. Tak dihiraukannya Deirdree yang meronta di gendongan.
Sesudah telepon terputus, Dita terduduk lemas. Matanya nanar. Telepon itu berasal dari kakak iparnya, mas Beno, kakak mas Guntur. Mengabarkan bahwa Guntur sedang di rumah sakit.
Sebuah truk yang kehilangan kendali rem, menabrak mobil Innova mas Guntur. Mas Guntur sedang dirawat di ruang gawat darurat dalam keadaan koma.
Dita terdiam. Sudut matanya menggenang bening air mata. Baru ia sadari, bahwa mereka tak punya perencanaan finansial sama sekali....
Berapa banyak ilustrasi di atas kita dengar atau alami? Seberapa seringnya kita memikirkan memiliki sebuah perencanaan finansial? Berapa kali kita menolak petugas perencanaan finansial?
Pertanyaan di atas sebenernya ngga ditujukan untuk siapa pun. Untuk diri sendiri...
Saya, ibu dengan 4 orang anak dan 1 suami. Kami berdua adalah pekerja mandiri yang tak terikat dengan perusahaan mana pun. Tapi, hingga anak ke 3 lahir, tak setitik pun punya keinginan merencanakan keuangan kami berdua.
Hingga satu ketika, tanpa direncanakan saya hamil lagi, dan kehamilan kali ini bermasalah, dan suami sakit. Sebagai pekerja mandiri, tentu saja kami membutuhkan sebuah tabungan yang nilainya besar. Untuk meng-cover jika salah satu dari kami tak dapat bekerja.
Hidup terasa indah untuk disia-siakan, pikir Dita. Jika ada uang lebih, suaminya tak segan mentraktir mereka sekeluarga menginap di hotel mewah dan bahkan uang bonus tahun ini, sudah dianggarkan untuk pelesir ke Legoland.
Dita berjalan ke arah dapur sambil menggendong si kecil Deirdree.
Tiba-tiba..
Tuuut... tuuut...
Dering nyaring smartphone membangunkan lamunan Dita. Sekilas ia melirik nomor yang tertera. Setelah yakin, bahwa itu bukan petugas asuransi tadi, ia menyapa dengan suara lembut,
"Hello?"
Sesudah telepon terputus, Dita terduduk lemas. Matanya nanar. Telepon itu berasal dari kakak iparnya, mas Beno, kakak mas Guntur. Mengabarkan bahwa Guntur sedang di rumah sakit.
Sebuah truk yang kehilangan kendali rem, menabrak mobil Innova mas Guntur. Mas Guntur sedang dirawat di ruang gawat darurat dalam keadaan koma.
Dita terdiam. Sudut matanya menggenang bening air mata. Baru ia sadari, bahwa mereka tak punya perencanaan finansial sama sekali....
PENTINGNYA MEMILIKI PERENCANAAN FINANSIAL
Berapa banyak ilustrasi di atas kita dengar atau alami? Seberapa seringnya kita memikirkan memiliki sebuah perencanaan finansial? Berapa kali kita menolak petugas perencanaan finansial?
Pertanyaan di atas sebenernya ngga ditujukan untuk siapa pun. Untuk diri sendiri...
Saya, ibu dengan 4 orang anak dan 1 suami. Kami berdua adalah pekerja mandiri yang tak terikat dengan perusahaan mana pun. Tapi, hingga anak ke 3 lahir, tak setitik pun punya keinginan merencanakan keuangan kami berdua.
Hingga satu ketika, tanpa direncanakan saya hamil lagi, dan kehamilan kali ini bermasalah, dan suami sakit. Sebagai pekerja mandiri, tentu saja kami membutuhkan sebuah tabungan yang nilainya besar. Untuk meng-cover jika salah satu dari kami tak dapat bekerja.
Mana salah satunya yang sedang kalian hadapi?
menyadarkan kami bahwa perencanaan keuangan itu penting. Bukan hanya tabungan, emas dan deposito.
Manusia hidup dan berkeluarga butuh lebih dari sekedar makan, mandi, jajan.
Jika tanpa dapat dihindari ada suatu musibah, pertanggungan yang diharapkan saat salah satu dari kita tak berfungsi adalah minimal jaminan sekitar 10 kali lipat dari uang yang kita hasilkan dalam sebulan atau bahkan setahun. Ini namanya pengganti fungsi sementara.
Itu jika sementara, bagaimana jika selamanya? Bagaimana jika salah satu pergi untuk selamanya?
Semua mimpi, harapan bercampur dengan ketakutan seolah berputar di benak. Jika saja.... seandainya saja... dan seribu satu andai terjalin dan tersaji di depan kita.
Tentu saja, yang dibutuhkan sebuah solusi finansial dengan perusahaan yang kuat, yang dapat kita jadikan pijakan. Salah satunya, tentu melihat kredibilitas dan layanan yang tersedia.
Dengan tagline seperti di atas, salah satu perusahaan yang telah memberikan komitmen dan membantu keluarga di Asia selama lebih dari 90 tahun adalah AIA-financial.co.id.
Solusi yang diberikan mencakup solusi saat kelahiran, kematian, kelulusan, perayaan dan perpisahan. Tentu bukan sembarangan jika selama 90 tahun perusahaan ini masih eksis dan berjaya, bukan?
Dengan kemampuan para broker insurance sebagai perencana jasa keuangan, kita dapat berbicara kepada mereka tentang apa yang paling berharga bagi kita.
So, jadikan seorang -at least- sebuah produk jasa keuangan menjadi bagian dari kehidupan kita semua. kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian, right?
Wake up, girls.... WAKE UP!
noted mak...truly enjoy your illustration here...super cute and creative indeed!
BalasHapusHaahaaa..
HapusThankyou mbak Indah, I love illutrated it ^-^
gambarnya bagus mbak, eh maaf jadi gagal fokus
BalasHapusIkut asuransi itu pejting banget yaaa mak
BalasHapusmakasih yaa udah jadi pengingat nih
BalasHapussetuju banget kalau perempuan itu kudu melek finansial. kalau bisa bener2 sejak dini deh.. baiknya emang dari orang tua tapi kalau orang tua ga ngasih edukasi yang proper, sekarang ini kita bisa banget belajar sendiri
BalasHapusSemua itu penting dan pilihan, menabunglah sejak dini. Memang itu benar ada nya. Semua tergantung kondisi.
BalasHapusAku juga mengakui bahwa perencanaan keuanganku nggak matang dan nggak tertib, kak. Sekarang sedang bersiap menyambut kelahiran putri kembar kami, saatnya merancang masa depan untuk mereka :)
BalasHapus