Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.
Andrea Hirata, Sang Pemimpi
Rasanya masih seperti mimpi...
beberapa hari lalu, tanggal 11 hingga 13 Desember 2017 lalu, aku akhirnya kesampaian berkunjung ke sebuah tempat indah bernama Belitong.
Buat kamu yang tidak pernah mau tahu keindahan negeri Indonesia, dan sibuk pasang foto-foto shopping di luar negeri, ketahuilah. Pada saat kamu injakkan kakimu di daratan ini, baru terlihat bahwa saat Tuhan ciptakan Belitong, pasti Ia sedang duduk santai, dan tersenyum...
Belitong indah buatku.
Tak hanya sejauh mata memandang lautan biru dan pantai berpasir putih menghampar bersih, namun juga batu-batuan unik berserak di sana sini. Walau di negara lain juga ada, namun Belitong tak kalah menawan.
Menginjakkan kaki pertama kali di bandara HAS Hanandjoeddin,
Kami segera menuju persinggahan pertama, Kedai Kopi Kong Djie, kedai kopi tempat hangout favorit bapak-bapak keknya, di Tanjung Pandan.
Nama Kong Djie berakar dari Bahasa Hakka, Kong artinya terang sementara Djie adalah nama untuk anak nomor dua.
Sajian menu pertama, tentu saja The Famous Mie Belitong dan Es Jeruk Kunci yang segar. Seruputan pertama, diiringi kernyit di dahiku, karena terus terang saja.. terlalu manis buatku!
Mie Belitung, mie kuning yang disiram dengan kuah kaldu udang, isinya udang, potongan tahu, tauge, emping, dan timun. Kuahnya kental dan terasa manis. |
Minum kopi di kedai kopi ini,
setahuku adalah "menu wajib" buat penduduk Belitong. Bagi sebagian besar penduduk Belitong, ngopi di warung kopi sudah layaknya aliran kepercayaan!
Meski sudah minum kopi di rumah, penduduk Belitong akan tetap pergi ke kedai kopi untuk membeli kopi yang kini dihargai rata-rata Rp. 15.000 segelas.
KAWASAN PERMUKIMAN NELAYAN TANJUNG BINGA
Lanjut ke kawasan permukiman nelayan di Tanjung Binga, wilayah Kecamatan Sijuk.
Hebat, sejak pertama kali masuk ke pemukiman ini, aku yang langsung live di facebook dan instagram, tidak mengalami kendala sinyal!
Tentu saja karena Belitung menyandang sebutan “Territory XL” sejak 2016 lalu.
Sejauh mata memandang,
Pantai Tanjung Tinggi, Negeri Laskar Pelangi
Bus melaju kembali. Kali ini, kami langsung menuju ke lokasi syuting terkenal, Laskar Pelangi!
Berada di sini,
rasa haru mendadak menyeruak. Aku pernah berjanji akan membawa laskar kecilku ke pulau ini, namun si sulung tak akan pernah bisa tiba di sini. Semoga, tiga buah hati yang lain akan tiba suatu hari kelak....
Hanya selarik doa dan goresan kaki di pantai, penanda bahwa aku sayang padanya. Al fatehah... |
Pantai Tanjung Tinggi,
terlihat cantik karena serupa busur derajat dengan dua sisi diapit bebatuan granit besar.
Sejauh mata memandang di Pulau Belitong memang hanya ada bebatuan raksasa dengan aneka bentuk. Besok akan kuceritakan ya, bebatuan apa saja yang ada sepanjang pulau yang kukunjungi.
Sejauh mata memandang di Pulau Belitong memang hanya ada bebatuan raksasa dengan aneka bentuk. Besok akan kuceritakan ya, bebatuan apa saja yang ada sepanjang pulau yang kukunjungi.
Birunya sebiru langit, dan jernihnya sejernih sinyal XL |
MAKAN SIANG DI CRABBY HUT
Pernah kelaparan tapi sebelum menuju tempat makan kudu menempuh jalan setapak lagi?
Begitulah Crabby Hut.
Pernah kelaparan tapi sebelum menuju tempat makan kudu menempuh jalan setapak lagi?
Begitulah Crabby Hut.
Kami harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 30 meter, untuk menuju ke rumah makan ini. Tapi, begitu tiba... buum! Kami serombongan sepakat untuk terpesona bersama!
Ruang makan terbuka diletakkan di pasir landai, tanpa dinding, dan aku lagi-lagi terpesona dengan keindahan pantai berpasir putih bersih dengan batuan di tengah laut. Aaah.. Belitong, kurasa aku jatuh cinta padamu...
Ruang makan terbuka diletakkan di pasir landai, tanpa dinding, dan aku lagi-lagi terpesona dengan keindahan pantai berpasir putih bersih dengan batuan di tengah laut. Aaah.. Belitong, kurasa aku jatuh cinta padamu...
Makanan yang disajikan mostly memang masakan seafood, lah.. apa lagi? Sayang, dalam bayangan kami, berhubung namanya crabby hut, pasti makan kepiting goreng gitu.. *penonton kecewa* tapi gapapalah.. sedap juga kok!
Semangat menghabiskan makanan, karena pramusajinya mondar mandir... *ini ngomongin apa sih*
Pemandangan di depan meja kami |
Kang Arul, founder Kelas Blogger,
terlihat kekenyangan dan .. cari posisi aman bersandar. Angin sepoi-sepi dan perut kenyang... what a combination, right!
Usai makan siang,
kami berangkat menuju hotel BW Suite. Tentang ini, nanti akan ditulis terpisah yaa..
Oya sebelumnya, sempat melewati surau tertua didunia Belitong.
Juga kelenteng atau vihara Dewi Kwan Im
Oya sebelumnya, sempat melewati surau tertua di
Masjid Al-Ikhlas di Desa Sijuk ini dibangun tahun 1817 - masjid tertua yang masih ada dan masih asli di Pulau Belitung |
Juga kelenteng atau vihara Dewi Kwan Im
Vihara tertua di Belitong, ditemukan tahun 1747 Untuk masuk ke vihara kita harus menaiki tangga yang jumlahnya 86 anak tangga. |
RUMAH MAKAN TIMPO DULUK
Terletak di Tanjung Pandan,
Rumah makan ini menempati Rumah Tradisional Melayu Belitong.
Walau hujan sukses mengguyur Belitong sore itu, namun tepat pukul 19.00 kami sudah berkumpul di lobby BW Suite. Perjalanan memakan waktu sekitar 20 menit, dan bus pun memasuki lapangan parkir. Kami harus memanjat ke atas lagi!
Tapi tidak mengecewakan memang... Serempak mulut kami ber "Oooh.. " dan "Aaah.. " ketika telah tiba di restoran.
Konsep bangunan yang vintage membuat warisan budaya yang dilindungi oleh pemerintah Kabupaten Belitung ini terlihat menawan.
Yang unik,
Pemandu wisata kami Fawzy mengatakan bahwa nanti kami akan makan dengan tradisi badulang. Yaitu, masakan disajikan di nampan, dan ditutupi serbet. Makan bedulang ini merupakan tradisi khas Bangka Belitung yakni makan bersama dalam satu dulang. Peserta makan diajak duduk melingkari dulang.
Terletak di Tanjung Pandan,
Rumah makan ini menempati Rumah Tradisional Melayu Belitong.
Walau hujan sukses mengguyur Belitong sore itu, namun tepat pukul 19.00 kami sudah berkumpul di lobby BW Suite. Perjalanan memakan waktu sekitar 20 menit, dan bus pun memasuki lapangan parkir. Kami harus memanjat ke atas lagi!
Tapi tidak mengecewakan memang... Serempak mulut kami ber "Oooh.. " dan "Aaah.. " ketika telah tiba di restoran.
Konsep bangunan yang vintage membuat warisan budaya yang dilindungi oleh pemerintah Kabupaten Belitung ini terlihat menawan.
Yang unik,
Pemandu wisata kami Fawzy mengatakan bahwa nanti kami akan makan dengan tradisi badulang. Yaitu, masakan disajikan di nampan, dan ditutupi serbet. Makan bedulang ini merupakan tradisi khas Bangka Belitung yakni makan bersama dalam satu dulang. Peserta makan diajak duduk melingkari dulang.
Jaman dahulu, jika kepala keluarga belum membuka serbet, maka anggota keluarga lainnya tak boleh mengambil lauk!
Menunya berupa Gangan Ikan, yang terasa segar. Asem manis gurih. Menu lainnya adalah ikan bebulus, oseng-oseng, sate ikan, ayam ketumbar, sambal terasi dan lalapan (daun singkong+timun).
Kawan-kawan jurnalis dan blogger terlihat lahap menyantap hidangan hingga licin tandas!
Usai makan malam...
apalagi jika bukan foto foto! Ada yang foto naik vespa tua, ada yang berfoto di dinding penuh komik, ada juga yang di sepeda tua.
Yang menarik, tampilan ruang makannya. Dihiasi banyak pernak-pernik unik dan jadul.
Di tengah ruang ada pelaminan, dan sebuah mobil tua. Kemudian sepanjang ruang dihiasi alat perikanan, alat pertanian hingga perabotan dapur. Ada tampa, topi caping, alat penangkap ikan, bakul nasi, sendok batok kelapa, dayung, golok, cetakan kue, terompah, bubu, ambung, sampai sepeda ontel jaman belanda pun dipajang.
Aaah..
Kami pulang ke hotel dengan bahagia. Tak sabar menanti esok. Kami akan ke Pulau Lengkuas! Yeaaay!
Tidak ada komentar
Posting Komentar
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)