The Fenomenal Green Dome
"Oh! Itu dia, yang selama ini diperbincangkan!" seruku pada Ibu dan adikku, Tommy. Kami sedang berjalan cepat menuju Al-Masjid An-Nabawi, menghalau angin dingin yang bertiup menusuk, menembus dua lapisan gamisku.
Mereka berdua menoleh. Kubah Hijau yang fenomenal!
My lovely Mom |
Dengan jalan kaki yang hanya memakan waktu 10 menit dari hotel, akan langsung terlihat kubah hijau yang dulunya bekas rumah dari Ibunda Aisyah, dan tempat peristirahatan Rasulullah terakhir. Aku tertarik banget dengan The Green Dome atau The Dome of Prophet Mohammad ini karena banyak kisah simpang siur dan misterius yang melingkupinya.
Selain itu, bisa melakukan ibadah shalat di atas mesjid ketiga tertua di dunia, sekaligus terbesar (luas bangunan dasar 100.000 M2 - luas lantai 2 67.000 M2 dan bisa menampung 2 juta jamaah sekaligus) tentu saja sebuah pengalaman spiritual yang cukup mendebarkan!
Keajaiban dan Misteri yang Terjadi di Kubbah Al Qhadra', Benarkah?
Tak ubahnya payung-payung raksasa yang menaungi masjid, maka kubah Masjid Nabawi juga dapat dibuka dan ditutup, baik manual maupun dioperasikan secara elektronik.
Picture courtesy of muftisays.com |
Picture courtesy from muftisays.com |
Dulunya, kubah ini tidak ada, sama seperti bangunan-bangunan lain atap di jazirah Arab hanya berbentuk datar. Nah, pada abad ke 7 (tepatnya 678 H) setelah wafatnya Rasulullah, Sultan yang waktu itu menjabat, membangun kubah dengan bahan dasar kayu, dan diletakkan tepat di atas ruang makam Rasulullah Saw. Dulunya, warnanya bukan hijau, tapi coklat kayu biasa. Seiring waktu, kubah kemudian dicat dengan warna putih, lalu biru, terakhir menjadi hijau hingga kini.
Kubah ini diganti dengan bahan dasar semen putih oleh Sultan Fayyabi di tahun 892 H (tahun 1470 masehi).
Pada tahun 1839 masehi, Sultan Abdul Hamid Al-Utsmani yang pertama kali mengecat kubah dengan (warna) hijau. Kemudian cat tersebut terus menerus diperbarui setiap kali dibutuhkan, sampai hari ini. Dinamakan kubah hijau setelah dicat hijau. Dahulu dikenal dengan Kubah Putih, Fayha dan Kubah Biru.
Tak kurang dari 13 kali Masjid Nabawi ini diperluas, direnovasi total dan dipercantik, sehingga mencapai luas 1,7 juta kaki. Renovasi terbesar terjadi tiga kali, yang terlama adalah pada jaman Sultan Abdul Majid yaitu 13 tahun. Renovasi besar-besaran juga dilakukan Raja Ibnu Saud, Raja Faisal dan Raja Fahd. Yang terakhir merekrut seorang arsitek asal Jerman, Mahmoud Bodo Rasch yang merancang payung mengembang menutup dan kubah yang bisa digeser secara elektrik!
Nah, misteri yang menjadi perbincangan adalah, konon dulu ada seseorang yang ingin merusak kubah. Namun saat ia di atas atap kubah, ternyata ada petir menyambar dan ia pun meninggal dunia. Lalu, untuk memperingati hal itu, tidak boleh ada seorangpun yang menurunkan mayat tersebut. Itu sebabnya ada sedikit gundukan memanjang di sisi atap. Benarkah?
Jika merunut pada ahli sejarah kota Madinah, Syeh Zubaidi, beliau tentu tidak sembarang bercerita. Namun, setelah sekian tahun isu 'mayat' beredar, pengelola Masjid Nabawi buka suara. "Tidak benar, itu cerita bohong," kata Direktur Humas Masjid Nabawi, Abdul Wahid Al-Hetab.
Jadi konon itu adalah bekas jendela panjang yang digunakan untuk membersihkan kubah. Sekarang jendela itu sudah tidak digunakan lagi. Pertanyaan yang kemudian timbul sederhana. Dengan dana renovasi dan maintenance yang selalu berlimpah, mengapa jendela itu tidak dihilangkan saja? Lalu, ibarat pepatah, tidak ada asap jika tidak ada api, apakah seorang ahli sejarah seterkenal Syeh Zubaidi akan berani bercerita demikian?
Bagaimana kita menyikapinya?
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”
(QS. Yusuf:111)
Kejepit, Keinjek, dan Menangis di Raudhah
"Tempat yang terletak di antara rumahku dengan mimbarku merupakan suatu taman di antara taman-taman surga, sedang mimbarku itu terletak di atas kolamku."Hadits Riwayat Bukhari
Sholat ashar baru usai. Aku dan Ibu kembali ke hotel. Kami harus cepat pulang dan bersiap lagi, karena sebelum magrib harus sudah makan.
Adikku Tommy sudah menunggu, di tangannya ada kantong plastik berisi sekotak aluminium foil yang masih panas.
"Apaan itu, Mot?" tanyaku, kepo. Yang ditanya hanya tersenyum riang.
Hidungku membau aroma daging berempah. Samar tercium kapulaga, berpadu dengan bau kayumanis dan daging yang dibakar. Rempah lainnya, entahlah.. aah, benar saja. Di sini, jauh dari anak-anak yang kupikirkan hanya ibadah, tidur dan.. makan!
Satu porsinya besar, bisa untuk 3-4 orang makan sekenyangnya |
Nyebrang dikit, ada banyak kedai yang menjajakan es krim, sedangkan kue dan kurma sering dibagikan gratis di mesjid. Untung saja, setiap hari aku menempuh jarak pulang pergi 5-6 kali 1,3 KM. Kalau tidak... bisa dipastikan aku pulang kayak bola. Ndut!
Nah, habis makan, kami bersiap untuk melakukan ibadah sholat magrib sambung isya di mesjid, lalu akan menanti masuk ke Raudhoh. Ada seorang ustazah wanita asal Indonesia yang berdomisili di sana, yang akan membimbing.
Ustadzah Nada, demikian nama asli urang Sunda Cianjur ini, berbadan mungil, bersuara tegas dan mengenakan niqab. Niqab ini dilepas saat sudah berada di masjid.
Usai sholat, kami berjalan kaki dari pintu 7 menuju ke ujung, pintu 25. Jauuuuh sekali!
Setelah itu, kami (14 jamaah dari travel Grand Darussalam) duduk berimpitan. Tak bergerak, dan merapat barisan agar tidak ditembus jamaah wanita asli Arab, India atau Afrika yang badannya kebanyakan over size dan galak. Dia belum tau kalau orang Indo juga galak galak. Apalagi kalau lapar.
Kami nanti akan mengadakan sistem bergilir untuk sholat. Jika yang sholat 3 - 5 orang sedapatnya, maka yang lain akan langsung membuat barisan memagari yang sholat. Indah sekali pengaturannya! Kalau sepengetahuanku, jamaah Indonesia memang terkenal lihai menyikapi suasana. Bahkan ada beberapa jamaah Malaysia yang merapat ke barisan kami.
Ada kali sekitar 30 menit menunggu. Aku mulai tengok kanan kiri. Ratusan bahkan ribuan muslimah berdatangan, memadati ruangan yang masuk dari pintu 25. Sesekali saat melintas, mereka melangkahi kepalaku, seolah aku ini perabotan! Nekad-nekad sekali! Belum tau mereka aku ini siapa!
Padahal ada banyak Ibu-ibu sepuh yang duduk di kursi roda juga. Tapi berhubung di sini rasanya kayak di "medan perang", ya sudahlah ya, kami saling menjaga saja. Sebisa mungkin menghindar dari tatapan mata, dan seandainya aku khilaf juga, nginjek kaki orang, ya langsung saja ngomong "Maaf!" atau "Sorry!" gitu.
Dan... terjadilah!
Sekitar 20 menit menunggu, askar bergerak, dan ustazah Nada memberi kode agar kami mendekat ke arah sisi kiri. Beberapa ibu berbadan besar itu mulai menarik-narik temannya atau ibunya atau sodaranya. Kami beringsut geser, tanpa berdiri. "Aaauch! Ummiii! Masya Allah!" dan ustazah Nada merepet dalam bahasa Arab. Ia menegur seorang ibu berbadan besar yang menginjak kakinya! Sang ustazah meringis kesakitan, bagaimana tidak. Ibu itu menginjak kakinya tepat di pergelangan!
Aku menggenggam tangan ibuku, soalnya Ibu sempat terkilir juga saat keluar dari hotel. Kupikirkan agar beliau nyaman, tapi bagaimana caranya? Di tengah himpitan orang sebanyak ini yang juga mengejar Taman Surga, hanya doa yang sanggup menyelamatkan kami semua!
Taman surga yang dimaksud Rasulullah, adalah laksana taman yang mulia, di mana saat beribadah di dalamnya menghadirkan rasa khusyu mendalam, tiap doa yang dipanjatkan di dalamnya sangat mudah diijabah. Sebagaimana taman yang selalu memberi rasa tenang dan rasa segar, ketenangan dan kesegaran yang didapat di Raudhah ini pada level yang membuat kita tak banyak menunda untuk berkata, “Ya, ini taman surga!"
5.. 4..3..2..1 !
Brrrr..! Kami bertemperasan lari menuju Raudhah. Aku terseret arus dan berlari tersentak sentak. Kulihat ibuku di depan! Jauh sekali ... bergandengan tangan erat dengan ustadzah Nada yang mungil tapi bertenaga kuda.
Kubayangkan Rasulullah melihat kami dari atas, tersenyum maklum dan menggelengkan kepala. Ia pasti bangga karena kami semua ingin ... ingiiin sekali menjejak kaki di Rawdhoh. Ingin sekali bertemu dengan bekas tapak kaki beliau. Aku bershalawat terus tanpa henti. Memuji Baginda Rasulullah. Aku ingin sekali sholat di mimbarmu, wahai Nabi junjunganku.
Air mata berlinang, sementara lariku tak henti. Aku sudah tak lagi tahu arahnya. Yang kutahu hanya aku harus mengikuti bayangan ujung mukena yang dikenakan ustadzah Nada!
Sampai akhirnya kulihat karpet berubah menjadi hijau. Aah..ini dia maqam-mu ya Rasul!
Aku merapatkan barisan, melindungi teman teman yang mulai shalat di depanku. Sesekali, sikut wanita Afrika di belakang mengenai rusuk kiri. Ngilu, boy! Kugigit kuat-kuat bibirku agar tidak memakinya. Ia hanya kupelototi dari jarak lima belas senti.
Ya bukan salah dia sih, tapi dia harus tahu bahwa aku kan sedang "bertugas" menjaga teman-temanku disini.
Tibalah saatku sholat. Tanpa ba-bi-bu aku segera melantunkan takbir. Masya Allah. Masya Allah. Alhamdulillah. Allahu Akbar.
Di rakaat kedua, seberkas angin dingin mengenai pipiku saat aku bertakbir. Kupejamkan mata berusaha konsentrasi. Aku tidak tahu membaca apa, yang kutahu rasa damai seolah memelukku! Aku berdoa seolah lamaaa sekali, padahal di luar pagar betis teman temanku, wanita wanita perkasa sedang saling sikut menyikut.
Aku tak percaya, di tengah ribuan massa, aku selamat sholat sunnah dua rakaat!
Usai sholat, aku seolah terlempar lagi keluar kerumunan massa. Kupandangi bekas mimbar Rasulullah. Rasanya aku masih belum puas melihatnya.
Yaa Nabi, Salaam alayka, yaa Rasul Salaam alayka...
Beliau beratus tahun lampau, khutbah di atas potongan pohon kurma sebelum untuk selanjutnya para sahabat membuatkan mimbar agar beliau berkhutbah di atas mimbar.
Semoga dengan berdoa di Raudhah ini doaku diijabah Allah SWT sebagaimana Baginda Rasul diijabah Allah doanya. Aamiin..
Alhamdulillah udah bias sholat di nabawi, walaupun keinjak dan terjepit.....terharu ngebaca artikelnya mbak...Insyaallah ada giliran saya buat ke sana, pengen banget
BalasHapusAlhamdulillah yaa Allah.. iya kita berjuang di situ seolah "masuk" ke Taman Surga Memang sesusah itu
HapusMbaaaa, aku merinding bacanya.. Subhanallah Allahuakbar! Apalagi pas bagian hanya doa yg dapat menyelamatkan kami semua... kebayang sih, seperti apa desak2annya, masya Allah...
BalasHapusSeperti rebutan sembako tapi ini yang diperebutkan... jejak kekasih Allah SWT.. 😥
HapusTu kan mellow lagi aku jadinya
Alhamdulillah MBak tanti sudah diberikan kesempatan menikmati dan menjelajah tempat bersejarah Baginda Nabi Muhammad SAW. Doakan Mbak, saya dan keluarga diberikan umur yang panjang dan sehat, sehingga bisa juga merasakan udara tanah suci , aamiin.
BalasHapusAmiiin yra semoga dirimu bisa ke sana sekeluarga yaaa Astin sayang
Hapusmashaa Allah mba, membaca tulisanmu ini gak terasa mataku berkaca-kaca. Aku yang belum pernah ke tanah suci ini sangat rindu dan ingin sekali beribadah di sana. Melihat kakbah secara langsung, berdoa dan shalat. Semoga mba selalu dilimpahkan berkah dan kebahagiaan serta ketenangan hati dari Allah SWT
BalasHapusYaa Allah aku jadi ngga pingin tau cerita kalau giniiii.. maafin aku ya jadi bikin dirimu sedih :(
HapusMasya Allah mbk, bener bener perjalanan spiritual yang luar biasa ya di tanah suci. Selalu ada cerita luar biasa sepulang dari tanah suci. Merinding bacanya..
BalasHapusAlhamdulillah mbak Hana, berbeda dengan bepergian ke tempat lain ya mbak
HapusSerasa nikmat banget ya Mba bisa shalat di masjid Nabawi, apalagi kalo bisa sampai di raudah.. Selalu ada kerinduan untuk kembali ke tempat paling adem beribadah ini ya..
BalasHapusIya mbak Rita. Semoga kita bisa diundang kembali oleh NYA yaaa Allah
HapusYa Allah mbaa..kangenn juga beribadah di sana
BalasHapusHiks .... Tercapai Kania insya Allah haji aja
HapusMasya Allah, mudah2an saya bisa disegerakan berkunjung ke tanah suci, yaa Rabb. Aamiin.
BalasHapusInsya Allah qobuuul
HapusMasya Allah Tabarakallah..semoga doa Mbak Tanti dikabulkan Aallah
BalasHapusAamiin
Ditunggu lanjutannya ya mbak
terimakasiiih .. insya Allah lanjut ya
HapusAmiin ya rabb.. mbaak Tantii tulisan penuh rinduuu. Aku mau ke sana. Hihi moga terkabul, moga bisa ke sana.
BalasHapusJadi melihat mimbarnya pasti bahagia, haru semua. Aku ngakak bagian ndut.. kalau jalan jarak dekat ��
Aku menikmati ceritanyaa
wakakakka .. kudoaiiiinnn Uciiii
Hapusdan pasti foto fotomu cantik cantik deh!
Masya Allah.. bahagianya yang bisa datang ke tanah suci. Semoga saya bisa diberi kesempatan untuk menuaikan ibadah umroh/haji. Aamiin..
BalasHapusInsya Allah terkabul Eri, karena setiap muslim pasti akan dipanggil NYA
Hapusmbak tanti, beneran aku nanya karena aku kan nasrani. kalau orang non-islam berkunjung ke saudi, sampai batas mana boleh datang ke masjid-masjid atau tempat-tempat yang biasa untuk umroh/berhaji?
BalasHapusSebagai umat Nasrani, masuk ke mana saja kan dibolehkan, mengenakan busana yang tertutup saja syaratnya
Hapushanya akan terasa awkward ya karena semua sholat dan kita engga sendirian.
Kalau nyalinya besar, ya monggo aja masuk dan explore sepuasnya. Pada saat tiba waktu sholat ya melipir di pojokan hihi
Terharu mak... Katanya emang penuh perjuangan kalau ingin panjatkan doa di roudhoh. Alhamdulillah...bersyukur sekali ya mak bisa dapat kesempatan mengunjungi tanah suci, semoga saya bs dapat kesempatan serupa. Aamiin
BalasHapusWaaah, itu pengalaman ajaib dan aneh buatku.
HapusKenapa harus berdesakan juga ya? Kenapaaa oh kenapaaa!
Semoga hanya yang terbaik yang datang dari Allah untuk kita semua ya, mba...
BalasHapusKarena hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang terbaik kita, sang hamba.
Aamiin...
amiiin mbak . betul, Allah Maha Tahu segalanya
HapusSubhanallah mba, aku ini cirambay bacanya. Seolah-olah aku ikut 'medan perang' itu juga.
BalasHapusAku pun ingin banget tahun ini bisa ke tanah suci buat Umroh. Semoga diijabah sama Allah. Aamiin.
Benarkaaaah..? ALhamdulillah, aku menulisnya pun masih ngelangut rasanya. Terimakasih banget sudah membaca dengan hati.
HapusTaruh aja lukisan Mekkah di kamar, dan shalawat setiap melewatinya, insya Allah semakin cepat terkabul
MasyaAllah ini tempat yang sangat dirindukan seluruh umat muslim di dunia. Semua suatu hari nanti aku bisa juga ke sana. Aamiin
BalasHapusiya .. semoga dipermudah Allah jalannya ya Puspita
HapusMasya Allah tabrakallahu aku baca sambil deg degan dan terharu dubagian akhir, semoga mabrur ya makpuh, alhamdulillah bisa sholat di raudha.. semoga aku pun bisa, bismillah
BalasHapusAmiiin, amiin yaa Rabb.
HapusJadi inget pertama kali ketemu Kei di acara yang di Kemang itu, kalau ga salah prodak susu. Kamu memperagakan jadi gorilla hihihi... dan kutanya, kecil kecil udah nikah *wkwkwkwkk
Allhamdulillah lokasi hotel dengan Kubah Hijau dekat ya Mbak Tanti jadi bisa menyambangi langsung.
BalasHapusTakjub lihat payung2 raksaksa yang bisa membuka dan menutup saat diperlukan. Kalau gak salah di Masjid Agung Jawa Tengah juga ada model seperti ini ya.
Semoga aku segera bisa ke sana juga mbak.
Aaah, sudah ke sanakah Lia? Payung raksasanya bikin takjub!
HapusAku jadi jangan ke tanah suci ini, apalagi lihat cerita ini jadi tambah kangeeeennnnn... Kayaknya kalau sudah kesini sekali saja rasanya ingin kembali lagi ya mbak?
BalasHapusPerjuangannya lumayan berat untuk bisa sampai ke Taman Surga ya, Mbak. Banyak orang yang ingin menikmati ibadah di sana.
BalasHapusMudah-mudahan suatu saat nanti saya pun bisa beribadah di Raudhah, aamiin.
Masya Allah mbak Tanti mengingatkan kenanganku saat ibadah haji 4 tahun lalu. Musim umroh aja sebegitu rapatnya ya mbak. Aku dulu dari berlima trus berpencar karena dorongan, jadi sendiri. Trus dapat teman baru jemaah dari Surabaya. Aku nggak niat ke Raudhah karena takut kakiku yang belum sembuh dari terkilir keinjek-injek. Alhamdulillah ada tenaga yang mendorongku semangat dan pasrah menuju karpet hijau. Dan ada askar yang menjaga shalatku di sana, bahkan bisa pindah tempat dan shalat lagi dua rakaat. Ibunya mba Tanti malah udah melesat duluan ya, masya Allah pertolongan Allah sungguh tak terduga
BalasHapusSenangnya bisa sampai sana, Mak.. semoga segala doa yang kau panjatkan, diijabahi Allah. Aamiin.
BalasHapusSubhanallah mba Tanti, sudah sampai ke rumah Allah
BalasHapussemoga aku bisa menyusul ke sana bersama keluargaku, dan sahabat blogger lainnya pun demikian
iya rejeki tak terduga sama sekali, semoga dirimu cepat diundang menjadi tamuNYa yaa
Hapusmaturnuwun doanya mba Tanti
Hapusbahagia rasanya membaca untaian cerita di sana
semoga Allah memudahkan jalan rejeki kita menuju rumah-Nya aamiin
Barakallahu fiik...semoga menular yaa...
BalasHapusAku snenag sekali ada yang berbagi hikmah perjalanan, terutama ke tanah suci.
Wah mantep bun.
BalasHapusSemoga suatu saat saya dapat undangan juga. Aamiin.
BalasHapusBaitullah memang selalu membuat jiwa ini pasrah dan mengalami perjalanan jiwa yang dasyat ya, mak sehingga kesana itu seperti candu jiwa. Moga aku bisa kelak ke Baitullah, aamiin
BalasHapusYa Alllah, beneran kalau umroh atau haji harus bener bener pasrah dan menyerahkan semua dengan yng maha kuasa.Semua berjalan lancar.
BalasHapusDan makanna disana porsinya gede ged,e seporsi bisa buat berdua