KITCHEN DECLUTTERING DENGAN BOX CONTAINER, MEMILAH BARANG DENGAN EFISIEN
Semua pasti sepakat, jika kegiatan bebenah rumah apalagi area dapur adalah area tersulit! Selain area dapur ini pernak-perniknya banyak, juga terbagi ke dalam beberapa kriteria.
KITCHEN DECLUTTERING DENGAN BOX CONTAINER, MEMILAH BARANG DENGAN EFISIEN
Kamis, 30 September 2021
- 25 comments
FOUR POINTS, SI PUTIH MEMIKAT UNTUK TRAVELING SINGKAT DI BANDUNG
Senin, 27 September 2021
- 43 comments
Beautiful in white.
Judul lagunya Shane Filan itu,
seperti menampilkan aura kecantikan eksterior maupun interior Four Points Bandung.
Dari sisi eksterior, bangunan hotel tampil menonjol dengan “bodi” yang menjulang dan atap mansard khas Perancis yang membuat bangunan hotel terlihat majestic dan mewah.
Dari sisi interior, desain modern classic yang dipadukan dominasi warna putih membuat kamar terkesan elegan dan luas. Penggunaan lantai marmer di area-area publik hotel pun makin menonjolkan kemewahan hotel. Wajar saja karena hotel ini sejak awal diproyeksikan sebagai hotel butik. Jadi, penampilannya pun harus atraktif dong.
Bagi saya, desain klasik itu sifatnya eternal. Mau seperti apa perkembangan dunia arsitektur, desain-desain klasik itu nggak ada matinya dan selalu punya tempat di hati para penggemarnya.
Saya adalah salah satu penggemar desain-desain klasik, meskipun secara spesifik saya lebih tergerak dengan desain modern classic yang lebih simpel, tapi tetap berkelas.
Terlebih lagi, karena tinggal di Indonesia, gaya-gaya arsitektur klasik yang lebih rumit macam Barok, Roccoco, dan Art Nouveau rasanya, apa ya, kayak nabrak pasti kalau dibandingkan bangunan-bangunan lain yang desainnya lebih sederhana. Salah-salah, desain-desain seperti itu malah bisa keliatan gaudy dan lebay kalau nggak dieksekusi dengan pas.
Nah, di kawasan Dago Bandung, ada sebuah properti yang mengusung desain modern classic. Dengan “perawakan” yang tinggi, dominasi warna putih, dan atap mansard khas bangunan-bangunan bergaya Perancis, bangunan hotel ini pun tampil menonjol dibandingkan bangunan-bangunan tetangganya.
Nah, di kawasan Dago Bandung, ada sebuah properti yang mengusung desain modern classic. Dengan “perawakan” yang tinggi, dominasi warna putih, dan atap mansard khas bangunan-bangunan bergaya Perancis, bangunan hotel ini pun tampil menonjol dibandingkan bangunan-bangunan tetangganya.
Pic. courtesy : Four Points - twitter |
Four Points by Sheraton Bandung adalah hotel bintang empat yang berada di Jl. Ir. H. Djuanda No. 46, Bandung.
Buat yang sering main ke kawasan Dago, terutama Dago bawah, pasti tahu lah hotel ini. Posisinya bersebelahan dengan Superindo Dago dan berseberangan dengan ACE/Informa Dago (eks-Dago Plaza).
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, hotel ini terkenal dengan bangunannya yang menjulang berwarna putih, hampir ke arah “bulky” sebetulnya. Dengan gaya arsitektur modern classic dan atap mansard, bangunan hotel ini sudah cukup ikonik dan mencerminkan classiness-nya.
Dari jalan, bangunan utama hotel sebetulnya tersembunyi di balik bangunan restoran. Jadi, sebetulnya ada dua bangunan di kompleks ini. Tower utama berada di belakang bangunan restoran, dan atap bangunan restoran sendiri berfungsi sebagai area kolam renang hotel.
Dari jalan, bangunan utama hotel sebetulnya tersembunyi di balik bangunan restoran. Jadi, sebetulnya ada dua bangunan di kompleks ini. Tower utama berada di belakang bangunan restoran, dan atap bangunan restoran sendiri berfungsi sebagai area kolam renang hotel.
Restoran yang ada di depan Four Points Bandung ini (Buttercup Boulangerie) beda manajemen dengan hotel. Ini informasi saya dapat dari staf restoran ya.
Dilansir dari Tripadvisor, ada 162 kamar yang tersedia di hotel ini. Di situs resmi hotel, disebutkan 5 tipe kamar (sebetulnya 6 karena tipe Classic ditawarkan sebagai dua pilihan: opsi king dan twin bed).
Dilansir dari Tripadvisor, ada 162 kamar yang tersedia di hotel ini. Di situs resmi hotel, disebutkan 5 tipe kamar (sebetulnya 6 karena tipe Classic ditawarkan sebagai dua pilihan: opsi king dan twin bed).
Hotel ini ternyata awalnya diproyeksikan sebagai boutique hotel. Hmm… no wonder hotel ini mengusung desain yang memang nggak main-main. Waktu pertama kali menginap, saya menempati kamar Premium, satu tingkat di atas tipe Classic.
Saya memesan kamar tipe Classic. Soal fasilitas, ada restoran, fitness center, kolam renang, sky lounge, meeting room, ballroom, dan pool bar. Sayangnya, waktu saya menginap, pool bar-nya masih tutup. Namun, fasilitas-fasilitas lain sudah beroperasi. Bahkan, ada juga yang nikahan dan ngadain acara besar.
Desain Kamar
Kamar di Four Points Bandung terasa lebih luas, salah satunya karena dominasi warna putih di interior kamar, tidak adanya loveseat dan meja kopi, serta langit-langit yang lebih tinggi.
Tempat tidur king-size ditempatkan di tengah kamar, dengan headboard yang desainnya mengingatkan saya dengan desain-desain furnitur, khususnya tempat tidur, bergaya modern classic di era 90an akhir atau 2000an awal (coba deh tonton film atau sinetron di era tahun segitu yang menampilkan rumah-rumah orang kaya bergaya modern “pada zamannya”).
Tempat tidur king-size ditempatkan di tengah kamar, dengan headboard yang desainnya mengingatkan saya dengan desain-desain furnitur, khususnya tempat tidur, bergaya modern classic di era 90an akhir atau 2000an awal (coba deh tonton film atau sinetron di era tahun segitu yang menampilkan rumah-rumah orang kaya bergaya modern “pada zamannya”).
Sebagai pengganti table lamp, digunakan lampu gantung bergaya kontemporer dengan bentuk tabung sederhana yang dipasang di kedua sisi tempat tidur.
Di atas end table, terdapat jam alarm/iPod dock yang sayangnya nggak punya fitur Bluetooth (hal ini agak disesali karena saya pakai ponsel Oppo). Di end table yang satu lagi, terdapat telepon dan notepad kecil. Di atas tempat tidur, terpasang lukisan mawar memanjang, dengan satu kuntum berwarna merah muda, sementara bunga-bunga lainnya berwarna hitam putih.
Meja kerja ditempatkan bersebelahan dengan kabinet televisi. Untuk TV sendiri memiliki ukuran 42 inci dan dipasang di dinding sehingga memberikan cukup banyak ruang di atas kabinet buat menyimpan berbagai barang. Kanal televisi yang ditawarkan cukup banyak dan beragam.
Koneksi WiFi hotel pun cukup cepat dan bisa diandalkan, walaupun pada hari pertama saya menginap, tingkat okupansi hotel sedang padat banget.
Area utama kamar dibedakan dari hallway melalui penggunaan karpet berwarna abu-abu tua, senada dengan warna gorden. Si karpet dan gorden ini sendiri memberikan kontras warna di tengah dominasi warna putih dan gading.
Di hallway, ada beberapa built-in lemari dengan desain pintu yang masih senada dengan desain furnitur di kamar, tentunya dalam balutan warna putih. Lemari pakaian memiliki ukuran yang cukup luas, dan mencakup electronic safe di dalamnya.
Sayangnya, pintu geser lemari ini merangkap pintu kamar mandi. Walhasil, kalau kita tutup pintu kamar mandi, kelihatan lah isi lemari. Kalau isi lemarinya hanya baju sih mungkin nggak masalah. Cuman, saya pikir bisa jadi masalah ketika kita nginap dengan teman, atau ada tamu yang datang berkunjung, dan di lemari kita simpan barang berharga. Untuk setrika dan ironing board, tersimpan di dalam lemari di samping rak minibar dan kulkas. Oh, ya! Ada juga cermin besar di hallway yang jadi sarana saya foto-foto buat Instagram.
Untuk view, kamar saya menawarkan pemandangan Gunung Tangkuban Parahu dari ketinggian lantai 9.
Di atas end table, terdapat jam alarm/iPod dock yang sayangnya nggak punya fitur Bluetooth (hal ini agak disesali karena saya pakai ponsel Oppo). Di end table yang satu lagi, terdapat telepon dan notepad kecil. Di atas tempat tidur, terpasang lukisan mawar memanjang, dengan satu kuntum berwarna merah muda, sementara bunga-bunga lainnya berwarna hitam putih.
Meja kerja ditempatkan bersebelahan dengan kabinet televisi. Untuk TV sendiri memiliki ukuran 42 inci dan dipasang di dinding sehingga memberikan cukup banyak ruang di atas kabinet buat menyimpan berbagai barang. Kanal televisi yang ditawarkan cukup banyak dan beragam.
Koneksi WiFi hotel pun cukup cepat dan bisa diandalkan, walaupun pada hari pertama saya menginap, tingkat okupansi hotel sedang padat banget.
Area utama kamar dibedakan dari hallway melalui penggunaan karpet berwarna abu-abu tua, senada dengan warna gorden. Si karpet dan gorden ini sendiri memberikan kontras warna di tengah dominasi warna putih dan gading.
Di hallway, ada beberapa built-in lemari dengan desain pintu yang masih senada dengan desain furnitur di kamar, tentunya dalam balutan warna putih. Lemari pakaian memiliki ukuran yang cukup luas, dan mencakup electronic safe di dalamnya.
Sayangnya, pintu geser lemari ini merangkap pintu kamar mandi. Walhasil, kalau kita tutup pintu kamar mandi, kelihatan lah isi lemari. Kalau isi lemarinya hanya baju sih mungkin nggak masalah. Cuman, saya pikir bisa jadi masalah ketika kita nginap dengan teman, atau ada tamu yang datang berkunjung, dan di lemari kita simpan barang berharga. Untuk setrika dan ironing board, tersimpan di dalam lemari di samping rak minibar dan kulkas. Oh, ya! Ada juga cermin besar di hallway yang jadi sarana saya foto-foto buat Instagram.
Untuk view, kamar saya menawarkan pemandangan Gunung Tangkuban Parahu dari ketinggian lantai 9.
Dari jendela juga terlihat Jembatan Pasopati, Moxy Bandung, dan kawasan di sekitarnya.
Kamar Mandi
Kamar mandi untuk tipe Classic di Four Points Bandung memiliki ukuran yang cukup luas. Meskipun bathroom counter punya ukuran yang cukup bulky, penggunaan lantai dan dinding marmer berwarna beige dan pencahayaan yang terang membuat ruangan terasa lapang.
Di kamar mandi, hanya ada satu wastafel. Handuk dan hair dryer disimpan di rak counter. Vanity mirror juga terpasang di dinding sebagai pelengkap cermin biasa berukuran besar dengan bentuk segi empat. Jarak dari kloset ke dinding di seberangnya cukup jauh, tetapi jarak dengan dinding di sampingnya bisa dibilang terlalu dekat.
Area shower di kamar mandi cukup luas. Bukan yang terluas memang, tapi seenggaknya saya masih bisa bergerak bebas dan mandi dengan nyaman. Hadirnya rainshower jadi salah satu hal yang saya sukai di kamar mandi ini. Shower tangan pun tersedia sebagai pelengkap rainshower. Semburan air yang keluar, baik dari rainshower maupun shower tangan cukup kencang. Enak lah buat mandi.
Overall, tidak ada keluhan soal kamar mandi untuk tipe Classic di Four Points by Sheraton Bandung.
Kamar Mandi
Kamar mandi untuk tipe Classic di Four Points Bandung memiliki ukuran yang cukup luas. Meskipun bathroom counter punya ukuran yang cukup bulky, penggunaan lantai dan dinding marmer berwarna beige dan pencahayaan yang terang membuat ruangan terasa lapang.
Di kamar mandi, hanya ada satu wastafel. Handuk dan hair dryer disimpan di rak counter. Vanity mirror juga terpasang di dinding sebagai pelengkap cermin biasa berukuran besar dengan bentuk segi empat. Jarak dari kloset ke dinding di seberangnya cukup jauh, tetapi jarak dengan dinding di sampingnya bisa dibilang terlalu dekat.
Area shower di kamar mandi cukup luas. Bukan yang terluas memang, tapi seenggaknya saya masih bisa bergerak bebas dan mandi dengan nyaman. Hadirnya rainshower jadi salah satu hal yang saya sukai di kamar mandi ini. Shower tangan pun tersedia sebagai pelengkap rainshower. Semburan air yang keluar, baik dari rainshower maupun shower tangan cukup kencang. Enak lah buat mandi.
Overall, tidak ada keluhan soal kamar mandi untuk tipe Classic di Four Points by Sheraton Bandung.
Saffron Restauran
Berada di lantai lobi, Saffron Restaurant adalah dining venue utama di Four Points Bandung. Seperti halnya fasilitas dan kamar di hotel, interior restoran mengusung desain modern classic dengan dominasi warna putih. Pilar-pilar dipasangi cermin untuk memberikan kesan luas dan mewah.
Lantai dengan pola checkerboard juga turun menambah kesan elegan pada interior restoran. Di sisi utara dan selatan, dipasangi jendela-jendela besar. Untuk sisi selatan sendiri, terdapat pintu menuju teras sebagai perluasan dining area dan smoking area.
Chandelier yang dipasang di restoran memiliki desain yang unik, dengan motif tangkai atau ranting dedaunan yang, buat saya sih, seperti memiliki sedikit sentuhan Gothic. Sebagai colour pop di tengah-tengah palet monokron, warna kuning digunakan pada jok dan sandaran kursi panjang. Sayangnya, buat saya sih corak warna kuningnya terasa kurang elegan.
Meja dan kursi yang tersedia cukup banyak, tetapi tetap saja ketika tingkat okupansi hotel sedang tinggi, restoran terasa penuh.
Soal menu sarapan, bisa dibilang menunya decent. Sejujurnya, saya tidak menemukan opsi yang sangat sangat spesial, tetapi setidaknya decent lah. Menu untuk pagi pertama dan kedua nggak jauh beda.
Buttercup Boulangerie
Selain Saffron Restaurant, Four Points Bandung juga punya dining venue yang lain. Menempati bangunan di bagian depan hotel, Buttercup Boulangerie hadir dengan interior berkonsep unik. Interiornya memadukan desain modern classic dengan sentuhan youthful yang tercermin dari pilar besar di tengah ruangan berbalut wallpaper tipografi dengan unsur (atau, lebih tepatnya, teknik) emphasis.
Wallpaper yang sama juga dipasang di sudut-sudut ruangan yang lain, termasuk dinding di belakang grand staircase menuju lantai dua. Si tangga besar di sini jadi semacam focal point restoran.
Kolam renang di Four Points Bandung berair dingin. Namun, karena konsepnya outdoor, kolam renang jadi terpapar cahaya matahari dan di sore hari, kadang-kadang airnya kerasa lebih hangat.
Yang saya sayangkan adalah waktu main ke area kolam, lounge chair yang tersedia jumlahnya sedikit. Selain itu, ngga ada area teduh (kecuali pool bar yang masih berada di area beratap) di pinggir-pinggir kolam.
Jadi, yang duduk di lounge chair, siap-siap terpapar cahaya matahari. Seandainya ada parasol, saya rasa akan lebih baik dan nyaman. Di ujung selatan area kolam renang, terdapat shower bilas. Untuk kamar mandi, letaknya ada di dekat pool bar.
Dari area kolam renang, sebetulnya kita bisa lihat view kota. Hanya saja, memang harus berdiri dekat ke dinding pembatas. Dari shower bilas, bahkan kita bisa ngintip ke Superindo dan area parkirnya di sebelah hotel.
Gym
Fasilitas kebugaran lainnya yang tersedia di Four Points by Sheraton Bandung adalah gym. Saya suka desain interiornya karena didominasi oleh jendela-jendela full-height yang langsung menghadap ke kolam renang dan pool bar.
Walhasil, ruangan pun terasa luas dan terang karena cahaya matahari bisa masuk secara optimal. Sentuhan modern classic masih tetap terasa melalui penggunaan lemari-lemari berwarna putih di sisi timur ruangan. Dari segi desain, lemari-lemari ini mengusung gaya yang sama dengan furnitur yang ada di kamar.
Namun, dari segi jumlah, peralatan yang ada memang terbatas. Ada 2 mesin treadmill, 2 elliptical trainer, dan 1 stationary bike yang ditempatkan menghadap ke jendela. Ada juga 1 weight-lifting machine di sisi timur ruangan.
Barbel-barbel ditempatkan di bawah televisi. Meskipun dari segi ukuran, ruangan gym ini tidak besar, masih ada space yang cukup luas untuk senam atau yoga. Oh, ya! Lemari-lemari di salah satu sisi ruangan juga berfungsi sebagai media penyimpanan perlengkapan seperti handuk, paper cup, dan dispenser air minum.
Dengan jumlah alat yang terbatas, tamu mungkin harus menunggu agak lama untuk gantian pakai alat. Namun, untungnya waktu saya berkunjung ke gym dan kolam renang, hanya saya tamu yang datang.
Fasilitas Lain
Selain fasilitas-fasilitas yang saya sebutkan di atas, Four Points Bandung juga punya beberapa pilihan lain, seperti ruang rapat dan ballroom. Dilansir dari situs resmi hotel, ada 11 event room, termasuk satu ballroom dengan luas 360 meter persegi yang bisa mengakomodasi maksimal 400 orang. Nah, ada juga sky lounge yang menempati ruangan di dalam atap mansard bangunan.
Lokasi
Menurut saya, salah satu aspek unggulan Four Points by Sheraton Bandung adalah lokasinya.
Berada di kawasan Dago bawah, properti ini memudahkan para pengunjung untuk pergi ke either kawasan Dago atas, or kawasan Balai Kota, Braga, dan Asia Afrika.
Pasalnya, posisinya bisa dibilang berada di tengah-tengah. Untuk tamu yang datang dari Jakarta (atau masuk ke Bandung lewat tol Pasteur), cukup lewati Jalan Pasteur dan naik Jembatan Pasupati, kemudian turun di Balubur. Dari situ sih, udah dekat banget ke hotel.
Kehadiran toko swalayan, restoran, dan kafe di sekitar hotel pun jadi sesuatu yang memberikan kemudahan saat saya menginap. Di seberang hotel, bahkan ada ACE dan Informa, just in case mau beli furnitur atau perlengkapan rumah lainnya (he he he).
Hotel ini pun berada di jalur angkot. Jadi, gampang banget sih sebetulnya untuk urusan pergi-pergi dan beli-beli. Nah, satu hal lagi yang saya suka adalah di seberang hotel ada Chatime dan Terminale Gelato. Karena saya suka jajan, kehadiran dua gerai itu tentunya memuaskan hasrat ingin jajan saya. Pas lagi bosen kerja di kamar dan ingin ngemil, tinggal nyeberang, beli Chatime dan gelato, terus balik lagi ke hotel.
Dari Stasiun Bandung, Four Points Bandung berjarak sekitar 10-15 menit, tergantung kondisi lalu lintas sebetulnya. Kalau dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, jarak tempuh dengan kendaraan bermotor ke hotel bisa mencapai 20-30 menit.
Pelayanan
Segmen ini memuat pendapat saya mengenai pelayanan yang diberikan pihak hotel. Apa yang saya tulis bersifat subjektif dan bukan merupakan informasi umum, dan lebih merupakan pendapat pribadi.
Experience yang saya alami bisa jadi berbeda dari apa yang orang lain alami.
Tulisan dalam segmen ini tidak ditujukan untuk menjelek-jelekkan atau menurunkan reputasi hotel. Jika informasi yang saya tulis bersifat positif, semoga manajemen hotel bisa tetap menjaga kualitas layanannya. Jika bernada negatif, semoga bisa menjadi bahan perbaikan bagi pihak hotel.
Selama menginap di Four Points by Sheraton Bandung, saya terkesan dengan pelayanan yang pihak hotel berikan. Proses check-in berjalan lancar dan cepat, padahal saat itu tingkat okupansi sedang tinggi dan para tamu ngantri untuk check-in.
Soal keramahan para staf (terutama yang di restoran karena saya banyak berinteraksi dengan mereka saat sarapan), saya merasa tidak ada masalah.
Dengan rate dari 890 ribuan per malam (berdasarkan rate paling rendah yang saya dapat di Marriott Bonvoy), saya harus jujur bahwa Four Points Bandung bukanlah akomodasi bintang 4 paling terjangkau di kelasnya, terutama kalau saya bandingkan dengan properti-properti setara dengan rate yang lebih rendah.
Namun, dengan fasilitas yang cukup komprehensif, desain interior yang elegan dan Insta-worthy, serta lokasi yang prima, Four Points by Sheraton Bandung bisa jadi pilihan hotel untuk menikmati staycation mewah di Bandung.
Selama menginap di Four Points by Sheraton Bandung, saya terkesan dengan pelayanan yang pihak hotel berikan. Proses check-in berjalan lancar dan cepat, padahal saat itu tingkat okupansi sedang tinggi dan para tamu ngantri untuk check-in.
Soal keramahan para staf (terutama yang di restoran karena saya banyak berinteraksi dengan mereka saat sarapan), saya merasa tidak ada masalah.
Dengan rate dari 890 ribuan per malam (berdasarkan rate paling rendah yang saya dapat di Marriott Bonvoy), saya harus jujur bahwa Four Points Bandung bukanlah akomodasi bintang 4 paling terjangkau di kelasnya, terutama kalau saya bandingkan dengan properti-properti setara dengan rate yang lebih rendah.
Namun, dengan fasilitas yang cukup komprehensif, desain interior yang elegan dan Insta-worthy, serta lokasi yang prima, Four Points by Sheraton Bandung bisa jadi pilihan hotel untuk menikmati staycation mewah di Bandung.
GAUNG KUSTA DI UDARA
Selasa, 14 September 2021
- 33 comments
Tepat di tanggal 11 September lalu,
ternyata masyarakat Indonesia merayakan Hari Radio Nasional, dan jika dirunut sejarahnya, maka hari ini disebut juga sebagai HUT RRI.
Langganan:
Postingan (Atom)