Orang-orang yang berhasil dan sukses bukan berarti orang yang sempurna dan memiliki segala kemampuan yang diinginkannya.
Mereka adalah orang-orang yang berhasil mengalahkan kekurangan mereka dan berjuang dengan kekuatan yang mereka miliki.
Mereka semua adalah orang yang mengetahui kelebihannya dan berjuang untuk sukses dengan kekuatan mereka.
Aku tahu pertama kali tentang dyslexia itu, ketika masih mengajar les Bahasa Inggris di kampungku, Kelapa Dua Tangerang.
Saat itu, aku mengajar les tanpa memungut biaya sepeser pun, karena merasa ingin sekali memajukan pendidikan anak-anak di sekitar tempat tinggalku.
Anak itu, Eki namanya, usianya sekitar 8-9 tahun, dan terlihat bersih serta berparas tampan. Ia terlihat malu-malu ketika kusuruh duduk di sebelah anak-anak lainnya. Sementara, anak-anak lainnya malah terlihat melirik Eki dengan tatapan merasa terganggu.
Eki sempat ikut kelasku beberapa kali, ia senang karena di kelasku, justru aku banyak mengajar bercakap-cakap, menyanyi, mengenal nama benda dalam bahasa Inggris dengan bantuan flash card, bahkan hanya mewarnai kertas doodle, untuk mengenal nama-nama warna.
Eki terlihat menonjol pada pelajaran lisan. Ia sanggup menghafal tanya jawab, menghafal angka. Ia juga hafal semua lagu yang diajarkan.
Eki terlihat menonjol pada pelajaran lisan. Ia sanggup menghafal tanya jawab, menghafal angka. Ia juga hafal semua lagu yang diajarkan.
Tanpa kusadari, ternyata metode belajar ini membantunya. Ia rajin sekali datang les, dan kadang setelah menyelesaikan tugas ia minta tugas selanjutnya!
Tapi karena usia Eki 9 tahun, akhirnya ia kukelompokkan ke kelas selanjutnya. Di sini, aku mulai mengenalkan tenses (waktu) dan mulai mengajarkan kosakata yang lebih sulit, which is mulai menulis dan menggunakan dictionary.
Hmm... di sini, terlihat Eki mulai mengalami kesulitan. Sayang sekali, di saat ia terlihat kesulitan, ia malah terlihat sangat aktif (baca : usil) sehingga mengganggu teman-temannya yang sedang belajar. Karena aku belum mengerti apa itu dyslexia dan gejalanya, tentu saja aku sering menegur Eki. Akibatnya, nilai-nilai Eki menurun drastis, dan ia berhenti les. 😞
Sesudah 10 tahun berlalu, aku masih bertemu Eki sesekali. Ia masuk di sekolah yang sama dengan anak-anakku, tapi tentu saja Eki selalu tinggal kelas, dan sedihnya, ia sering dipukul oleh orangtuanya, dan terakhir dipulangkan ke Padang karena tertangkap mencuri rokok di warung tetanggaku :(
Apa sih, dyslexia itu?
Banyak masyarakat awam mengira, bahwa dyslexia adalah kesulitan membaca. Namun, ternyata proses bahasa itu ada dua yakni menerima dan keluar (ekspresif).
Pada anak dyslexia terdapat perbedaan dalam menerima informasi dan mengeskpresikannya. Kesulitannya sudah sejak awal sejak dia menerima informasi (kurang memahami yang ia terima).
Jadi untuk anak dyslexia usia dini, harus dikondisikan cara belajarnya, mungkin seperti yang aku berikan di kelasku dulu, menggunakan bahasa gambar dalam bentuk flash card.
Bulan Ayu, Dyslexia dan Kesuksesan #StpBiDProgram Dyslexia Genius
Aku bersyukur sekali, ketika mas Yusep yang akrab disapa Papi Kyh oleh para blogger mengundangku untuk hadir dan bertemu tatap muka secara virtual dengan Puan Bulan Ayu.
Bulan Poerbo Ayu, SE., SH., MH. adalah seorang dyslexia yang saat ini berdomisili di Malaysia. Ia adalah satu-satunya perempuan asal Indonesia di Malaysia yang bekerja mendidik dan mengajar anak-anak penderita Dyslexia.
Karena berangkat dari pengalaman Bulan tentang dirinya yang semasa kecil menyedihkan, karena di Indonesia belum banyak yang tahu apa itu dyslexia, bagaimana penanganannya dan sampai kapan bisa sembuh seperti orang normal lainnya, Bulan Ayu bertekad untuk menekuni bidang ini, dan memberikan pemahaman serta awareness kepada seluruh dunia!
Dibantu oleh sang suami bernama Jaldeen Mohd Ali, dan oleh ibu mertua Bulan Ayu yang juga mempunyai andil penanganan Dyslexia di Malaysia, ia saat ini menjadi pelopor Dyslexia Malaysia.
Bulan dan suami serta ibu mertuanya berjuang agar anak-anak penderita Dyslexia dari taman kanak kanak hingga universitas ini mendapat perhatian khusus, karena ternyata penderita dysleksia sebenarnya rata-rata memiliki otak jenius!
Ibu mertua Bulan Ayu, yaitu Puan Sariah Amirin, bahkan memberikan beasiswa kepada anak penderita Dyslexia. Sehingga Ibu mertuanya dijuluki Ibu Dyslexia Malaysia.
Sekarang Bulan Ayu yang masih berkewarganegaraan Indonesia menjabat sebagai Director dan Program Director Dyslexia Genius Malaysia. Sebuah lembaga khusus penanganan anak anak Dyslexia.
“ Anak-anak Dyslexia membingungkan. Mereka kelihatan cerdik dan berkemampuan, segar dan berminat, mempunyai kemahiran lisan yang baik……tetapi kemahiran membaca dan menulis lemah daripada apa yang diprediksikan. Dia senang dianggap tidak fokus/ perhatian, melamun, malas atau bodoh."
- Bulan Ayu -
Apakah Dyslexia Genius itu?
Dyslexia Genius adalah sebuah pusat therapy untuk pelajar yang memiliki masalah yang berkaitan dengan kesukaran belajar akibat dyslexia, dyscalculia, dysphasia, dyspraxia, dysgraphia, visual in perception, auditory, focusing dalam pembelajaran dan memori jangka pendek dalam pembelajaran.
Sebagai Program Director di Dyslexia Genius, Kuala Lumpur, Bulan Ayu sudah menekuni bidang ini selama 11 tahun.
Pada saat berbincang-bincang yang penuh derai air mata ini -literally memang saya dan kawan-kawan terharu- karena merasakan kepedihan yang diceritakan oleh Bulan Ayu, kami mengetahui banyak fakta menarik tentang dyslexia.
Perlu diketahui bahwa dyslexia bukanlah penyakit. Dyslexia tidak menular dan tidak dapat ditularkan sebab dyslexia merupakan bawaan genetik. Diketahui, jika salah satu orangtuanya dyslexia maka 40% akan diturunkan.
Maka dari itu, dyslexia tidak dapat disembuhkan tapi dapat diarahkan dengan baik asalkan dengan penanganan yang cepat dan tepat.
Pada orang-orang dengan ketidakmampuan membaca, sel reseptor disusun dalam pola yang sesuai (simetris) di kedua mata. Kondisi tersebut kemungkinan yang membingungkan otak karena menghasilkan gambar ‘cermin’.
Sebagai ringkasan penutup, aku mo share sedikit inspiring story dari seorang Henry Ford, yang adalah seorang enterpreneur yang menjadi penemu Ford Motor Company.
Apa kata para ahli tentang dyslexia?
lmuwan Prancis yaitu Guy Ropars dan Albert le Floch mengumumkan penemuan yang mengungkap penyebab fisiologis penyakit dyslexia yang tersembunyi di sel reseptor kecil pada mata manusia.
Dyslexia merupakan gangguan belajar pada anak. Anak penderita dyslexia mengalami kesulitan mengeja atau membaca karena umumnya mereka melihat huruf maupun kata seperti terbolak-balik. Misalnya, huruf d terlihat seperti huruf b.
Bahkan di video di bawah ini, bisa terlihat apa yang kita lihat "biasa" bagi orang dyslexia bisa terlihat seperti ini:
Pada orang-orang dengan ketidakmampuan membaca, sel reseptor disusun dalam pola yang sesuai (simetris) di kedua mata. Kondisi tersebut kemungkinan yang membingungkan otak karena menghasilkan gambar ‘cermin’.
“Mereka kesulitan membedakan kanan-kiri, mengurutkan nama-nama hari, sering lupa hal kecil seperti menyimpan barang, serta sulit menerima instruksi panjang,” katanya.
Pada orang-orang yang tidak menderita dyslexia, sel-sel disusun asimetris sehingga memungkinkan sinyal dari satu mata untuk dikesampingkan orang lain untuk menciptakan satu gambar di otak.
“Bagi siswa dyslexia kedua mata mereka setara dan otak mereka harus secara berturut-turut mengandalkan dua versi pertunjukan visual yang berbeda,”Guy Ropars dan Albert le Floch
Duo ilmuwan tersebut menambahkan, sekitar 700 juta orang di dunia diketahui menderita dyslexia, atau sekitar 1 dari 10 populasi global. Hasil penelitian ini dimuat lebih rinci dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B.
Note :
Menurut catatan pada saat webinar bersama Bulan Ayu, populasi ini di Asia Tenggara khususnya adalah 15% dari populasi di negara tersebut.
Bulan Ayu, dan Program SPTBiD
#SPTBiDProgram adalah program yang dibuat pada tahun 1998 dan sudah digunakan oleh PERSATUAN DYSLEXIA MALAYSIA dan DYSLEXIA GENIUS untuk menolong anak-anak Dyslexia Malaysia selama 22 tahun.
Pusat terapi untuk dyslexia yang menggunakan program SPTBiD saat ini berjumlah 17 buah di seluruh Malaysia. Program ini juga sudah disahkan oleh Kementrian Pendidikan, sehingga sukses menelurkan anak-anak dyslexia yang berhasil dan berprestasi di bidang yang mereka sukai.
Yes, you cannot imagine this, but mister Leonardo Da Vinci, penulis terkenal dengan karya segudang Agatha Christie, Muhammad Ali, John Lennon, the great director, Steven Spielberg, Albert Einstein dan Henry Ford.
Banyak ilmuwan dan tokoh terkenal yang dyslexia, antara lain;
Yes, you cannot imagine this, but mister Leonardo Da Vinci, penulis terkenal dengan karya segudang Agatha Christie, Muhammad Ali, John Lennon, the great director, Steven Spielberg, Albert Einstein dan Henry Ford.Terus, kalau untuk pegiat seni, pasti juga kenal dengan Pablo Picasso yang karyanya absurd!
Di Indonesia kita mengenal bapak dan anak Deddy Corbuzier dan Azka, dan keduanya tak kalah hebat prestasinya.
Di Indonesia kita mengenal bapak dan anak Deddy Corbuzier dan Azka, dan keduanya tak kalah hebat prestasinya.
Jadi, wahai Ayah dan Bunda,jika anak terlihat "nakal" dan "bodoh" coba telusuri, mana tahu ia hanya salah satu pengidap dyslexia, dan itu berarti ia adalah seorang jenius yang harus diasah terus menerus!
Sebagai ringkasan penutup, aku mo share sedikit inspiring story dari seorang Henry Ford, yang adalah seorang enterpreneur yang menjadi penemu Ford Motor Company.
Semasa kecilnya, Ford harus berjuang keras untuk bisa membaca dan menulis. Meski begitu, dia juga dikenal memiliki kemampuan untuk memperbaiki barang. Ia menjadi yang tercepat ketika harus memperbaiki jam.
Salah satu rahasia suksesnya adalah; ia tak pernah berhenti belajar dan tak pernah menyerah. Filosofi Ford adalah kegagalan adalah sebuah kesempatan untuk memulai lagi, dan setiap kali ia harus lebih rajin dan lebih baik.
Wah, filosofi ini persis dengan Bulan Ayu Dyslexia, bukan? Bulan Ayu yang tak kenal lelah belajar dan terus menerus memotivasi dirinya bahwa ia bisa!
Tak heran, Bulan Ayu dengan semangatnya itu, bisa meraih tiga gelar sarjana, bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses, dan saat ini memiliki pendidikan anak Dyslexia melalui Dyslexia Genius Sdn. Bhd Kuala Lumpur.
Bersama timnya, ia telah berkeliling Malaysia melakukan asessment dan melatih terapi anak Dyslexia untuk mengatasi keterbatasan yang dibuat lingkungannya.
Dan ini kalimat Bulan Ayu yang ia tulis dalam sebuah postingan di https://bulanayu-dyslexia.com/
“ Dyslexic Today, Genius Tomorrow…….Dyslexia Genius”Saya ingin dapat terus menerus menolong dan membantu anak-anak Dyslexia. Saya tidak ingin anak-anak Dyslexia di kategorikan sebagai anak yang kurang upaya, saya ingin mereka semua berhasil dan menjadi penerus bangsa yang sempurna.
Sangat menginspirasi, semoga orang tua di Indonesia bisa mengenal kembali anak2nya dari sisi kelebihan kekurangan dan potensinya.
BalasHapusaamiiin semoga menginspirasi banyak orangtua dan membangkitkan awareness
HapusSemua orang tua wajib tahu dan memahami artikel ini, sangat bermanfaat. Terima kasih.
BalasHapusterimakasih kang, iya banyak yang belum tahu disleksia itu apa
HapusTulisan yg mengispirasi para orang tua yg selalu menginginkan anak2nya menjadi yg terbaik bukan yg terhebat, good job ma neng, ijin share ke grup sebelah ya
BalasHapusalhamdulillaah terimakasih banyak, semoga bermanfaat buat pembaca aaamiiin
HapusNah, semua orang tua wajib tahu ini, nih agar tidak salah memahami anaknya bodoh dan nakal karena sejauh ini banyak yang mengira anaknya seperti itu dan terus menekannya.
BalasHapusiya mbak Anisa, sedih kan ya kalau ternyata anak itu "hanya kurang bisa menyerap informasi" dengan cara yang umum dilakukan :(
HapusAnakku ada yang disleksia dan mengalami persis seperti di atas. Sedih karena guru juga kurang paham soal ini jadi sering dianggap malas, tidak fokus, dan pelupa
BalasHapusastaghfirullaah padahal jelas banget 15 persen dari populasi itu disleksia ! Aku juga sedih mbak, semoga ketemu sama training center yang tepat yaaa
HapusMakasih mak pencerahannya..semoga awarness ttg disleksia ini bisa meluas bukan hanya ke orang tua tapi para guru yang menurut aku masih kurang pengetahuannya ttg disleksia
BalasHapusMemang edukasi tentang disleksia harus digaungkan terus menerus yah mbak,
BalasHapusSupaya makin banyak orang tua yang sadar mengenai hal ini dan bisa mendapatkan penanganan yang tepat, kasihan juga Eki huhuhu
Entah kenapa, aku sampai merinding pas nonton video berisi penampakan tulisan yang dibaca oleh penderita Dyslexia. Merinding sedih karena separah itu, kebayang susahnya mereka membaca. Terasa seperti bisa merasakan "penderitaan" yang mereka rasakan. Aku yang sehat aja nggak nyaman liatnya mbak hiks.
BalasHapusEnding cerita tentang Eki membuatku pilu :(
aku juga sediiiih banget ketika tau di video itu,
HapusCara disleksia membaca ternyata separah dan sesulit itu. kalao aku jadi mereka pastinya marah marah terus :(
sempat khawatir si tengah dan si bungsuku disleksia krn kemampuan membacanya jauh dr sulungku makneng...
BalasHapusTapi rupanya aku sudah salah dengan membandingkan spt itu.
meski minat terhadap buku dan literatur keduanya kemudian mmg berbeda dg kakaknya tp pd akhirnya mrk bisa dan semua masalah kesabaranku sbg orang tuanya> Selalu salut sama semua orang tua yg sabar dengan anak istimewa termasuk disleksia. a
aku pernah nonton film india tentang anak disleksia ini, terharu sangaaat.. nonton berkali2 dan tetap nangis. Pas Makneng cerita Eki aku langsung teringat sosok anak di film tersebut
iyakah? Aku ga berani nontonnya, yang mengandung kekerasan, walau hanya film tapi kan berangkat dari kisah nyata, ya Ophie, aku rasanya kebayang bayang terus :(
HapusAku merinding benaran, pengen nangis. Jadi ingat dulu pernah les baca anak SD kelas 1, dia juga mengalami susah baca, pengennya main dan bikin komik. Yang paling kasihan, ternyata les baca bukan sama aku aja, tapi ortunya ngasih les baca di tempat lain, 2 les lagi kalau nggak salah. Aku nyerah, kasihan anaknya capek les terus. Eh malah saat kelas 5 kalau nggak salah, dia meninggal huhu.. Ternyata dia kena kanker otak, mau berobat ke singapura nggak sempat. Ya Allah, pengen nangis.
BalasHapusSedih, ada anak yang dicap anak bodoh dan nakal padahal dyslexia, seperti kasus murid Mbak Tanti. Memang di Indonesia masih belum tertangani ya gejala ini. Senangnya Bulan Ayu Dyslexia memiliki solusi bagi anak dyslexia di Indonesia. Semoga mereka akan bisa tumbuh dan berkembang seperti anak lainnya dan menjadi tokoh sehebat tokoh-tokoh dunia yang ternyata juga seorang dyslexia
BalasHapusBagus sekali ada perhatian khusus terhadap anak anak yang alami dislexia. Tak mudah buat menrima kondisi itu karna kita tak tahu awalnya. Terima kasih dan semoga ini memotivasi banyak pihak
BalasHapusBeruntung banget saya mampir ke blog ini. Jadi tahu apa itu dyslexia dan bagaimana cara menghadapi anak yang begitu. Perlu penanganan tepat dan khusus memang. Serta kesabaran orang tuanya kalau anaknya susah untuk membaca, mengurutkan hari atau lainnya.
BalasHapusSemoga Bulan Ayu bisa menjadi awal solusi untuk anak-anak Indonesia yang mengalami dyslexia
Sedih ya kalau menderita dyslexia tapi enggak ada yang memahami... Saya aja yang udah bisa baca stres liat videonya, gimana anak dyslexia yang lagi belajar baca, huhu...
BalasHapusIni adalah kedua kalinya saya membaca postingan Mbak Tanti yang ini. Duh, kan belibet karena kebanyakan kata 'ini'. Sebelumnya saya membaca dari status yang di-share Papy Kyh, cuma lupa gak komen. Saya tertarik karena sedang galau dan agak khawatir anak kedua saya mengalami dyslexia. Dia masih suka tertukar antara kiri kanan dan B dengan D.Soal kiri kanan itu sedikit memaksa dan agak ngeyel. Sudah dibilang berulang kali yang setiap hari dipakai makan dan menulis adalah tangan kanan, tapi tempo-tempo dia sebut itu kiri. Akhirnya kadang agak repot juga pas diminta mengikuti instruksi gerakan kiri kanan. Begitu pun dengan B dan D, itu masih PR. Hanya saja untuk gejala yang lain tidak tampak dan semoga gak ada. Saya jadi lebih aware dan kasih perhatian penuh sama anak kedua sejak melihat ada yang unik dalam dirinya. Dan melalui postingan ini saya jadi lumayan tercerahkan. Setidaknya saya ada gambaran lebih konkrit tentang dyslexia
BalasHapusaku melihat gejala Dyslexia pada anak keduaku tapi aku belum berani ke klinik tumbuh kembang, takut dia makin drop dan merasa berbeda dengan temannya, kesulitan merangkai kata dan membaca.
BalasHapusmakasih Mbak buat sharingnya, aku jadi lebih tahu tentang dyslexia. sebenarnya, orang tua wajib tahu ya tentang dyslexia, agar enggak salah memahami anaknya
BalasHapusterima kasih atas pencerahannya mak, jadi nambah wawasan, kalo aku sih melihat mereka lebih ke pribadi yang unik, yah kan kita manusia unik, jadi mungkin itulah ke unikkan dia.
BalasHapusMasyaAllah. Selalu ada harapan untuk anak disleksia. Mereka perlu stimulasi berbeda supaya bisa menerima pelajaran dengan baik.
BalasHapusAku tahunya Deddy dan anaknya yang disleksia alhamdulillah sukses. Kalau Agatha Christie yang banyak menulis buku ternyata disleksia juga. Wow!
Salfok sama kisah Eki, apakah orang tuanya mengantarkan ke yang ahli hingga keluar diagnosa benar EKi alaim disleksia mba? malang sekali nasibnya tinggal kelas dan kena pukul ortunya duh sedih bacanya
BalasHapussedih ya kalau mendapati anak dengan kesulitan belajar tapi dapat tekanan dari orang terdekatnya, orang tua. Pernah mengalami anakku juga sempat dyslexia, tapi karena ketahuan lebih awal, jadi bisa diarahkan. hanya saja masih ada kebingungan saat belajar terutama bahasa, hars didampingi terus. Kalau ditangani insyaALlah anak-anak yang memiliki keterabtasan ini tetap bisa maju ya, karena ada potensi lainnya yang luar biasa.
BalasHapusAnak keempatku waktu masih usia SD sangat kesulitan membaca dan merangkai kata, tetapi waktu itu saya kurang informasi tentang disleksia. Beberapa kali pula bapaknya dipanggil oleh guru kelasnya karena sering keceplosan membalas ucapan gurunya dengan kata-kata yang kurang baik.
BalasHapusNamun, ia memiliki kelebihan lain yaitu sangat tenggang rasa dan tekun.
Mungkinkah itu disleksia? Saya tidak tahu.
Kami memperlakukannya biasa saja sehingga ia merasa baik-baik saja hingga sekarang sudah dewasa. Sekarang ia mengambil magister Ekonomi Syariah.
Membuka wawasan sekali mb, iya selama ini kita hanya fokus ke kekurangan anak tanpa berusaha tahu sebabnya apa. Padahal kalau sudah diketahui penyebabnya dan ditangani dengan benar, bisa melejitkan potensinya yang luar biasa ya..
BalasHapusPadahal harusnya banyak bersyukur dengan dyslexia ini ya
BalasHapusKarena pasti ada kelebihan di baliknya
Hanya saja banyak yang merasa itu malapetaka
Edukasi memang benar benar harus selalu disampaikan
Seharusnya semua pendidik paham ya Bun, apa itu disleksia karena fatal sekali jika ada guru yang punya murid disleksia tapi gak tahu. Soalnya saya pernah punya murid disleksia dan dikatain bodoh karena gak ada yang paham. kasihan sekali hingga akhirnya murid saya itu sekarang tidak sekolah karena gak pernah naik kelas. Padahal kalau disuruh hafalan al quran dia bisa. huhuhu
BalasHapusJadi ingat dengan azka, putranya deddy corbuzier. dulu sempat ngga mau sekolah karena dyslexia, tapi berkat dukungan om ded akhirnya bisa mengatasi krisis itu dan bahkan jadi lulusan terbaik di sekolahnya.
BalasHapusYaa Allah, sedih banget Mbak itu nasib si Eki. Semoga di Padang keadaannya semakin membaik.
BalasHapusBenar, setahuku juga dyslexia juga hanya mereka yang kesulitan membaca. Jadi ternyata sulit menerima i formasi juga termasuk dyslexia ya.
Makasih tulisannya Mbak. Sangat