Satu tahun yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mencanangkan sebuah program yang mendukung proses belajar mandiri siswa yaitu Merdeka belajar.
Pada program ini, siswa dan guru sama-sama bebas berinovasi untuk meningkatkan kualitas belajar mereka. Lalu apa hubungannya dengan Pelajar Pancasila? Mengapa hal ini saling terkait?
Melalui kurikulum ini, guru dapat memilih perangkat ajar untuk menyesuaikan kebutuhan belajar dan minat masing-masing peserta didik.
Perbedaan UN dan AN ditinjau dari tujuan, metode, dan sarana sebagai berikut :
1. Tujuan
UN bertujuan untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik secara individu pada suatu jenjang pendidikan (sekolah).
Sementara itu AN bertujuan untuk bahan pemetaan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
2. Metode
Perbedaan UN dan AN dari segi metode dimana UN menggunakan metode yang fixed test.
Satu set soal UN diujikan untuk semua peserta. Sedangkan AN akan menggunakan metode multistage adaptive test atau ujian adaptif multistage.
3. Sarana
Sarana UN selama ini kombinasi dari penggunaan Komputer atau yang dikenal dengan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) dan ujian kertas-pensil atau UNKP (Ujian Nasional Kertas dan Pensil).
Sedangkan AN khusus menggunakan komputer dengan sistem soal bertingkat dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Ini berarti soalnya tidak sama rata dan acak.
Hal ini sejalan dengan kalimat beliau yang kukutip berikut;
- Kita memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi.
- Kita memasuki era di mana kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya.
- Kita memasuki era di mana akreditasi tidak menjamin mutu.
- Kita memasuki era di mana masuk kelas tidak menjamin belajar
Apa yang dimaksud Program Merdeka Belajar? Apa kompetensinya dengan Pelajar Pancasila?
Seperti namanya, program Merdeka Belajar merupakan program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka. Guru kini tidak lagi berperan untuk menjalankan kurikulum saja namun menjadi penghubung antara kurikulum dan minat siswa.
Pada program ini, siswa dan guru sama-sama bebas berinovasi untuk meningkatkan kualitas belajar mereka. Lalu apa hubungannya dengan Pelajar Pancasila? Mengapa hal ini saling terkait?
Mari kita tengok definisi dari Pelajar Pancasila terlebih dahulu.
Hal ini dilakukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Pelajar Pancasila
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Jadi, program Merdeka Belajar harus didampingi oleh pembentukan karakter siswa-siswi sehingga melahirkan pemuda Pelajar Pancasila, dengan enam ciri utama di atas.
Karena jika tidak, siswa siswi akan cenderung santai, merasa "dibebaskan" a.k.a "dimerdekakan"! Padahal tujuan utama Kurikulum Merdeka tidak seperti itu.
Merdeka Belajar , Merdeka Berpikir akan menghasilkan generasi berbasis Pelajar Pancasila
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati.Hal ini dilakukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.
Nadiem Makarim pada 2019 menyebutkan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berpikir.
Kemerdekaan berpikir menjadi salah satu fondasi dasar dari program Merdeka Belajar. Nadiem juga menyebutkan bahwa kemerdekaan berpikir harus dipraktikkan oleh para guru terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada para siswa.
Di samping itu, program Merdeka Belajar juga akan membawa perubahan pada sistem pengajaran yang semula bernuanasa di dalam kelas menjadi di luar kelas.
Nuansa pembelajaran di luar kelas ini diharapkan akan membuat setiap siswa menjadi lebih nyaman karena bisa lebih banyak berdiskusi dan akan membentuk karakter dari para siswa.
Di samping itu, program Merdeka Belajar juga akan membawa perubahan pada sistem pengajaran yang semula bernuanasa di dalam kelas menjadi di luar kelas.
Nuansa pembelajaran di luar kelas ini diharapkan akan membuat setiap siswa menjadi lebih nyaman karena bisa lebih banyak berdiskusi dan akan membentuk karakter dari para siswa.
Oya sehubungan dengan program belajar mengajar, salah satu sahabat blogger, mbak Shinta yang bisa kita sapa Shyntako, menulis di blog pribadinya shyntako.com tentang cara memilih bimbel
Nah, sejalan bukan dengan program pemerintah?
Karena era persaingan global turut mendorong kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia. Diprediksi bahwa profesi-profesi yang sangat menjanjikan di masa depan adalah yang mengutamakan keahlian!
Kurikulum Yang Digunakan Pada Program Merdeka Belajar
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Pembelajaran akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya.
Kurikulum Merdeka nantinya akan digunakan untuk seluruh satuan pendidikan mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, Pendidikan Khusus dan Kesetaraan. Namun ada perbedaan dari Kurikulum Merdeka Belajar dengan kurikulum sebelumnya.
Kurikulum Merdeka menjadi opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kemendikbud Ristek juga akan melakukan pengkajian ulang pada tahun 2024 mendatang.
Beberapa karakteristik yang digunakan dalam kurikulum ini.
Tentu saja berbagai kebijakan baru Pemerintah ini, membutuhkan dukungan dari masyarakat agar program dan kebijakan Kemendikbudristek dapat berjalan dengan baik.
Senada dengan itu, Susi Sukaesih, Koordinator Ibu Penggerak dari Sidina Community mengapresiasi Kemendikbudristek yang melibatkan masyarakat khususnya orang tua dalam menjalankan program dan kebijakan.
Menurutnya, melalui kegiatan ini para orang tua mendapat pencerahan terkait isu pendidikan yang sedang marak di masyarakat, seperti Asesmen Nasional (AN).
Kurikulum Merdeka menjadi opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kemendikbud Ristek juga akan melakukan pengkajian ulang pada tahun 2024 mendatang.
Beberapa karakteristik yang digunakan dalam kurikulum ini.
- Pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila
- Fokus kepada materi esensial sehingga ada waktu untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar antara lain: literasi dan numerasi
- Fleksibilitas guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai kemampuan peserta didik
Peran Orangtua Melalui Ibu Penggerak
Tentu saja berbagai kebijakan baru Pemerintah ini, membutuhkan dukungan dari masyarakat agar program dan kebijakan Kemendikbudristek dapat berjalan dengan baik.
Untuk itu, perlu adanya kerja sama antara Kemendikbudristek dengan komunitas pendidikan yang sehari-harinya berhubungan langsung dengan masyarakat. Salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan Training Of Trainer (ToT) Komunitas Pendidikan dan Kebudayaan di beberapa daerah.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggandeng komunitas Ibu Penggerak yang mayoritas anggotanya berperan sebagai orang tua. Pembekalan, dan pelatihan (Training of Trainer) kepada Ibu Penggerak diharapkan dapat memahami program dan kebijakan Kemendikbudristek serta dapat menyampaikan informasi kepada para ibu lainnya baik di lingkungan rumah maupun sekolah.
Senada dengan itu, Susi Sukaesih, Koordinator Ibu Penggerak dari Sidina Community mengapresiasi Kemendikbudristek yang melibatkan masyarakat khususnya orang tua dalam menjalankan program dan kebijakan.
Menurutnya, melalui kegiatan ini para orang tua mendapat pencerahan terkait isu pendidikan yang sedang marak di masyarakat, seperti Asesmen Nasional (AN).
“Awalnya banyak orang tua yang bingung tentang AN, seperti bagaimana nanti bentuk ujiannya, nilainya, apa yang membedakan dengan Ujian Nasional (UN), dan sebagainya. Dari kegiatan ini kami mendapatkan pencerahan,”
Sidina Community, sebagai komunitas Mitra Kemdikbudristek di bidang pendidikan, parenting, bisnis dan pengembangan diri berupaya untuk mengedukasi Perempuan dalam Pengembangan Diri untuk perempuan melalui Sidina Community.
Sidina Community menjadi Mitra Kemdikbudristek dalam mensosialisasikan program dan kebijakan Kemdikbudristek. Agenda rutin pelatihan Ibu Penggerak mentargetkan mencetak 1.000 Ibu Penggerak di tahun 2022.
Kegiatan ini terbuka untuk para perempuan dan ibu dari seluruh Indonesia.
Asesmen Nasional versus Ujian Nasional
Asesmen Nasional (AN) digadang-gadang akan menjadi sebuah harapan baru bagi peningkatan budaya literasi siswa Indonesia. Tapi, apa itu Asesmen Nasional? Apa bedanya dengan Ujian Nasional? Fakta di Indonesia, kemampuan literasi anak didik dalam skala internasional selalu menempati urutan di bawah.
Tengok saja hasil tes PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2018, skor kemampuan siswa Indonesia dalam membaca adalah 371 dan menempati peringkat 72 dari 78 negara.Jika tingkat literasi membaca rendah, sudah dapat dipastikan bahwa kemampuan akademik lainnya di bidang sains, ilmu sosial, matematika juga pasti akan sangat rendah.
Dengan demikian, akan sulit kiranya jika siswa Indonesia dituntut untuk dapat menggunakan kompetensi literasi yang dimiliki untuk mengembangkan kapasitas individu secara produktif di masyarakat.
Oya apa sih beda antara Ujian Nasional dan Asesmen Nasional? Secara sederhana, seperti berikut di bawah;
UN bertujuan untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik secara individu pada suatu jenjang pendidikan (sekolah).
Sementara itu AN bertujuan untuk bahan pemetaan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Perbedaan UN dan AN ditinjau dari tujuan, metode, dan sarana sebagai berikut :
1. Tujuan
UN bertujuan untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik secara individu pada suatu jenjang pendidikan (sekolah).
Sementara itu AN bertujuan untuk bahan pemetaan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
2. Metode
Perbedaan UN dan AN dari segi metode dimana UN menggunakan metode yang fixed test.
Satu set soal UN diujikan untuk semua peserta. Sedangkan AN akan menggunakan metode multistage adaptive test atau ujian adaptif multistage.
3. Sarana
Sarana UN selama ini kombinasi dari penggunaan Komputer atau yang dikenal dengan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) dan ujian kertas-pensil atau UNKP (Ujian Nasional Kertas dan Pensil).
Sedangkan AN khusus menggunakan komputer dengan sistem soal bertingkat dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Ini berarti soalnya tidak sama rata dan acak.
AN sudah dilaksanakan pada jenjang SMK, SMA, SMP, dan pada awal November nanti akan diterapkan untuk jenjang SD. Ia dicita-citakan dapat mengubah kemampuan literasi siswa Indonesia menjadi lebih baik.
AN akan memberikan gambaran berada di level mana capaian literasi tiap sekolah. Apakah pada level “perlu intervensi khusus”, “dasar”, “cakap”, ataukah “mahir”. Posisi level tersebut akan mempermudah pengguna data hasil capaian AN untuk memperbaiki kualitas pembelajaran literasi di sekolah ke depannya.
Hasil penelitian Titik Harsiati (2018) dalam artikelnya berjudul “Karakteristik Soal Literasi Membaca Pada Program PISA”, tertera bahwa kelemahan anak-anak Indonesia pada tes PISA adalah ketahanan membacanya yang masih rendah.
Berfokus Kompetensi Membaca
Hasil penelitian Titik Harsiati (2018) dalam artikelnya berjudul “Karakteristik Soal Literasi Membaca Pada Program PISA”, tertera bahwa kelemahan anak-anak Indonesia pada tes PISA adalah ketahanan membacanya yang masih rendah.
Soal membaca PISA cenderung menggunakan wacana yang panjang dengan jumlah kata 135-600 kata. Alhasil, skor membaca anak Indonesia pada tes PISA juga rendah.
So, PR utama para pendidik dan orangtua adalah menggalakkan kembali budaya membaca dengan kecakapan literasi.
Masih dalam meningkatkan budaya literasi dan numerasi, maka AN dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan literasi anak didik.
Peran Asesmen Nasional dan Kebijakan Strategis
Masih dalam meningkatkan budaya literasi dan numerasi, maka AN dimaksudkan untuk memperbaiki kemampuan literasi anak didik.
Hasil AN yang akan diumumkan bulan Desember 2021 bisa memberikan gambaran tingkat literasi siswa di tanah air. Ini akan mempermudah pengguna hasil AN dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk mendongkrak kualitas kompetensi literasi anak bangsa. Di antaranya, perbaikan mutu pembelajaran.
Kemendikbudristek dapat mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk berfokus pada perbaikan mutu pembelajaran melalui literasi membaca. Melalui program guru belajar dan guru penggerak harus lahir sosok guru yang inovatif dalam urusan pengajaran maupun pembudayaan membaca.
Guru harus senantiasa mengajak siswa menyelami sumber belajar dari berbagai buku referensi. Kemudian, siswa diajak belajar memperkaya kosakata dan menumbuhkan daya analisis menggunakan bacaan sesuai dengan tingkat kognitif dan kematangan.
Kemendikbudristek dapat mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk berfokus pada perbaikan mutu pembelajaran melalui literasi membaca. Melalui program guru belajar dan guru penggerak harus lahir sosok guru yang inovatif dalam urusan pengajaran maupun pembudayaan membaca.
Guru harus senantiasa mengajak siswa menyelami sumber belajar dari berbagai buku referensi. Kemudian, siswa diajak belajar memperkaya kosakata dan menumbuhkan daya analisis menggunakan bacaan sesuai dengan tingkat kognitif dan kematangan.
Kebiasan semacam itu dimaksudkan agar siswa terbiasa mendiskusikan beragam buku dan beragam bentuk teks dengan tingkat kesulitan sesuai dengan kebutuhan.
Pada akhirnya, keterbiasaan dengan buku akan menumbuhkan cinta membaca. Guru juga mengajari anak didik beragam teknik membaca.
Teknik Membaca
- Teknik baca-pilih (selecting),
- Teknik baca-lompat (skipping),
- Teknik baca-layap (skimming),
- Teknik baca-tatap (scanning)
Dengan teknik baca yang tepat, efisiensi membaca akan lebih baik. Anak-anak mampu dengan cepat menyimpulkan isi bacaan. Pun membaca sekian halaman buku tidak terasa melelahkan. Hal ini dapat membantu anak agar tak bosan saat membaca meski bacaannya panjang.
Meningkatkan Budaya Literasi = Meningkatkan Bahan Bacaan Anak
Di samping itu, ada upaya memperbanyak buku bacaan anak. Jika tahun ini Kemendikbudristek sudah mencetak 120 judul buku dan 748 bahan bacaan untuk tingkatkan literasi anak, tahun 2022 Kemendikbudristek bisa mencetak 220 judul buku, kemudian tahun berikutnya (2023) ditambah lagi 320 judul buku, tahun 2024 420 judul buku, dan setersusnya.
Intinya, secara kuantitas bertambah 100 judul buku per tahun. Lalu, buku-buku tersebut disalurkan ke sekolah lewat program Kantor Pos Indonesia, Dana Alokasi Khusus (DAK), maupun pembelian dari dana BOSREG.
Ketersedian buku yang cukup tersebut harus didukung pengoptimalan perpustakaan sekolah. Salah satunya dengan cara memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai ruang dan sumber belajar. Hal ini tentu sangat berguna bagi para siswa.
Ketersedian buku yang cukup tersebut harus didukung pengoptimalan perpustakaan sekolah. Salah satunya dengan cara memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai ruang dan sumber belajar. Hal ini tentu sangat berguna bagi para siswa.
Di dalam perpustakaan mereka bisa mendapat pengetahuan yang lebih luas.Agar keberadaan perpustakaan sekolah benar-benar menjadi sarana pembelajaran, perlu program atau kegiatan yang berorientasi pada pengetahuan dan pengembangan minat baca siswa. Karena salah satu indikator keberhasilan sebuah perpustakaan adalah meningkatnya minat baca.
Untuk mencapainya dibutuhkan pustakawan sebagai penggerak. Pustakawan sekolah harus mampu menjalin komunikasi dengan para guru dan kepala sekolah untuk menyinergikan pembelajaran di sekolah dengan sumber-sumber informasi di perpustakaan. Dengan begitu diharapkan perpustakaan sekolah mampu mewujudkan budaya membaca yang lebih bermutu.
Akhir kata, mudah-mudahan AN dan juga ikhtiar bersama semua pihak dalam meningkatkan literasi anak didik berbuah manis sehingga kelak bangsa kita menjadi bangsa yang berbudaya literasi. Semoga.
Akhir kata, mudah-mudahan AN dan juga ikhtiar bersama semua pihak dalam meningkatkan literasi anak didik berbuah manis sehingga kelak bangsa kita menjadi bangsa yang berbudaya literasi. Semoga.
Mau apapun program belajarnya, peran orang tua tetap penting ya mbak. Atau bisa dibilang jadi faktor paling penting. Aku suka dengan program ini, jadi mendekatkan lagi akan kebiasaan membaca buku. Honestly, gak banyak guru dan orang tua yang punya kebiasaan membaca. Jadi, mau gak mau ikut terpengaruh ke anak. Nah dengan adanya "target" kedekatan terhadap buku ini, semoga kecakapan literasi siswa sekarang akan semakin meningkat. Amiin.
BalasHapusDengan adanya dukungan dari semua pihak termasuk ortu maka visi dan misi dari program merdeka belajar tersampaikan dgn jelas.
BalasHapusSemangat ya belajarnya para pelajar karena kamu adalah generasi penerus bangsa Indonesia
Setuju soal program literasi dan memperbanyak penciptaan buku buku anak.
BalasHapusDulu saya masi SD seorang guru membiasakan membagi buku bacaan (apapun jenisnya) satu persatu ke siswa. Jadi satu minggu 1 buku dan dikembalikan utk kemudian dibagikan lagi minggu depannya. Dilakukan begini karna sekolah di kampung ngga ada perpustakaan . Jadi guru aktif membagikan sendiri ke siswa-siswanya . Terus diwajibkan menceritakan isi buku secara ringkas...
Bagus banget mba, belajar emang harus happy dan sekolah memfasilitasi minat bakat anak. Di rumah, orang tua juga bisa menjadi teladan dalam membaca buku. Alhamdulillah aku udah beliin sekitar 200 buku anak dan tiap hari read aloud, sekarang anak udah cinta buku dan lebih mudah belajar baca
BalasHapusDari merdeka belajar, jadi bisa tampak lebih cepat ya ke arah mana nih minat dan bakatnya. Kalau aja waktu daku sekolah udah kenal dengan kurikulum ini mungkin jadinya gak masuk jurusan IPA sekolahnya hihi
BalasHapusMembaca kuncinya sih, harus bisa menanamkam membaca sejak dini. Dari membaca akan banyak membuka jendela kehidupan lainnya.
BalasHapusKayaknya ke depan nanti ilmu perpustakaan akan semakin digemari. Karena perpustakaan semakin berkembang. Tentu aja berhubungan dengan meningkatnya literasi
BalasHapusJadi ingat, perpustakaan daerah bahkan perpustakaan desa pun mengalami transformasi bahwa perpustakaan tidak hanya menyediakan buku-buku berkualitas tetapi juga mendukung kegiatan belajar yang lain, seperti mendukung program merdeka belajar. Kegiatannya seperti memberi pelatihan mengetik di komputer, membuat kue bahkan pengenalan MPASI juga. Semoga program-program ini saling mendukung satu sama lain ya Mba..
BalasHapusBener banget, agaknya kurikulum merdeka ini sedikit beda, ya, Bun. Awalnya anak mengeluh kok gini sih jadinya sulit banget pelajarannya karena buat artikel, jurnal, makalah, laporan. Tapi, semakin ke sini seru katanya memang beda sih jadi perlu penyesuaian, terima kasih informasinya!
BalasHapusIndonesia beruntung banget punya Nadiem Makarim ya?
BalasHapusdan beruntung Presiden Jokowi jeli
sayang pandemi menerjang, sehingga banyak ide2 Nadiem yang sulit diimplementasikan
Karena itu gak sabar banget pingin lihat AN diterapkan di sekolah2 Indonesia
agar anak-anak kita mau lebih banyak membaca dan mendengarkan daripada berbicara
Merdeka belajar dimulai semenjak dini agar anak terbiasa. Peranan orang tua, kdluarga, lingkungan juga bagian pendukung hal belajar.
BalasHapusWow mom Tanti aku terkagum-kagum membaca tulisanmu ini. Full pengetahuan. Baru tahu loh ada Asesmen Nasional, zaman kita masih sekolah dulu adanya'kan UN ya. Btw memang ya literasi di pelajar kita masih di bawah. Minat bacanya kurang
BalasHapusPendidikan anak² jaman now makin menantang ya, yang ga bisa mengikuti ya ketinggalan nih hehee
BalasHapusTiap tahun pasti kurikulum berubah.. semoga saja nih dengan adanya program Merdeka Belajar yg merupakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka.
BalasHapusTidahenysahlan anak dn orangtua juga gurunnya
Merdeka belajar maksudnya baik sih pastinya, hanya saja udah tepat belum ya dilaksanakan di Kita. Kaya materi kelas 1 SD yang udah agak tinggi bahasannya, anak harus sudah pintar membaca meski di TK nggak diwajibkan bisa. Terus Kaya nulis juga zaman saya masih satu atau dua kata. Ini udah kalimat. Makanya malah ortu banyak yang ngelesin anaknya sejak masih kelas 1 SD
BalasHapusSi kecil sedang mengalami fase malas baca buku pelajaran dan menulis nih kak, sedih deh, apalagi gaya belajar di sekolahnya gak asik, membosankan, mau nyalahin kurikulum atau LKS yang dipilih kan gak mungkin. Tapi heran, kalo diajak ke perpustakaan umum, dia happy banget
BalasHapusProgram merdeka belajar ini bagus banget buat para siswa. Nggak ada paksaan bikin anak2 lebih midah berkreasi ya.
BalasHapusWah, anakku kena kurikulum Merdeka Belajar berarti yaa..sekarang.
BalasHapusHarapannya ujian kompetensinya bisa lebih runut. Karena melihat materi dari kelas 4 sampai 6, agaknya lompat-lompat terutama bagian IPS (yang mencakup sejarah)
Agak sedih Karena anak-anak gak bisa membayangkan timeline perjuangan bangsa ini.
Sebagai guru, walau cuma guru online dan nggak pakai kurikulum ini karena memang ngajr bahsa Inggris saja, sepertinya kurikulum ini menarik dan adaptif banget untuk setiap situasi belajar ya Mba. Semoga bisa terus apply dulu sampai beberapa tahun ke depan ya, jadi nggak gonta ganti biar nggak bikin puyeng para guru dan udah yang paling cocok ini.
BalasHapusSaya orang tua dari seorang anak SD. Sejak awal anak saya masuk sekolah, saya belum merasa familiar dengan Asesmen Nasional, karena gurunya tidak membicarakan istilah ini dengan orang tua muridnya.
BalasHapusTernyata, setelah baca artikel ini, saya baru tahu bahwa Asesmen Nasional memang baru digunakan pada anak SD itu 2 bulan lagi.
Namun, saya sudah melihat ada tanda-tanda bahwa sekolahnya berusaha memperbaiki kemampuan literasi muridnya. Anak saya mulai disuruh menyimak dongeng, lalu diminta mengemukakan pendapatnya tentang isi dongeng itu. Ternyata hasilnya, murid-murid ini kesulitan. Ada yang kesulitan menyimak karena memang banyak distraksi ketika proses mendengarkan, ada juga yang kesulitan mengemukakan pendapatnya karena memang tidak terbiasa mengemukakan pendapat.
Wah, gede juga masalah literasi anak-anak di sekolah anak saya ini.
Pendampingan bagi siswa, baik oleg guru maupun orang tua tetaplah merupakan bagian penting dari proses pembelajaran, apa pun sistemnya, bukankah begitu, mba?
BalasHapusTrmksh sharingnya, membuka wawasanku ttg hal ini..
saat proses belajar memang sebaiknya dilakukan dengan enjoy yaa. Anak-anak yang belajar dengan tenang, bahagia dan tanpa paksaan akan lebih mudah meyerap pelajaran yang diberikan
BalasHapusProgram merdeka belajar sudah diberlakukan ya Kak? Sorry aku nanya soalnya di sekolah Saladin kurikulumnya beda.
BalasHapusLangsung ngebayangin buku Totto Chan karena di sekolahnya murid belajar yg disukai
Masalah rendahnya literasi masyarakat juga menyedihkan sekali :(
Males baca, cuma baca judul tapi menyimpulkan sendiri. Ujung2[nya bertengkar plus mudah kemakan hoax
Nah. AN udah dimulai ke anak SMP. Adikku sudah SMP dan aku nggak ngerti nih.
BalasHapusKemarin dia cuma cerita kalau dia ikut ekstrakurikuler doang. Kupikir dulu aku juga ada kegiatan itu. Makanya kujawab. Ya nggak papa. Ikut saja. Pilih yang kamu sukai. Biar saat ikut kegiatannya kamu merasa enjoy. Gitu doang. Astaga. Kudu lebih pro aktif lagi nih ngobrol sama adikku.
kalau saya jujur dari dulu pengennya sistem sekolah kita itu kayak di luar negeri yang kelihatan siswa-siswanya itu kayak punya proyek di setiap pelajarannya dan pandai berdiskusi. ada sih ya mungkin sekolah yang sistemnya kayak gitu tapi biayanya juga kayak luar negeri. semoga saja sih kali ini kita bisa menemukan sistem pendidikan yang benar-benar menghasilkan generasi yang berkualitas
BalasHapusPaling susah untuk membiasakan membaca sejak dini sih.
BalasHapusEntah kenapa, kurikulum terus berganti tapi minat baca kita masih segitu-gitu aja.