Destinasi kali ini adalah Medan, dan tujuanku ke sana adalah menyambangi rumah salah seorang sepupu, mas Rully (yang ketika kutuliskan telah berpulang ke Rahmatullah). Mereka akan menikahkan putrinya, dan karena Ibuku tak bisa hadir, maka aku akan mewakili keluarga besar.
Benar saja, tiba di bandara Kualanamu, mas Rully dan kak Nita telah menungguku, kami saling melambai gembira. Karena aku hanya membawa ransel dan sebuah tote bag, aku bisa langsung keluar.
"Apa kabar kau, Neng? Makin besar saja badan kau," Mas Rully mengerling jenaka. Aku menonjok tangannya. Oh ya, mas Rully sepupuku ini, memang bukan asli orang Medan, ya. Ayahnya adalah kakak alm. Bapak, dan ibunya adalah kelahiran Tanah Pasundan, jadi jelas ia kupanggil bukan dengan sebutan Abang, laiknya orang Sumatera.
"Body shaming, ih!" tawa kami berderai. Bagaimana tidak, yang ngomong pun tak kalah besar!
"Body shaming, ih!" tawa kami berderai. Bagaimana tidak, yang ngomong pun tak kalah besar!
Ketika mobil memasuki kota Medan, mas Rully bertanya padaku,
"Neng, mau sambil lewat kota tuanya Medan, ngga?" Wah, mataku langsung berbinar-binar.
"Ya mau lah, mas!" Aku memang sering mengagumi bangunan-bangunan tua cantik itu, asalkan jangan disuruh tinggal di dalamnya saja he he...
Ketika mobil melintas di Jalan Ahmad Yani, aku langsung tertarik pada sebuah bangunan dengan atap merah seperti kelenteng. Kak Nita seolah tahu, dan ia menerangkan tanpa dipinta. "Itu loh, Neng rumah Tjong A Fie, seorang miliarder kota Medan di jamannya."
Woow, aku langsung teringat beberapa postingan di blog teman-temanku. Ya, yaa.. kalau tak salah ada postingan tentang Rumah Tjong A Fie ini, walau aku tak ingat siapa yang menuliskannya. Ah, nantilah kutanya saja pada salah seorang Travel Blogger Medan pasti ia tahu.
"Nanti lah ya, kalau sudah senggang kita mampir ke sana," Mas Rully dengan baik hati menawarkan.
"Emang masuknya bayar, mas?"
"Bayarlah, mana ada yang gratis jaman sekarang, Neng. Cuman wi-finya aja yang gratis, asal ko tau 'ja password-nya." Qi qi qiii bener juga ya.
Rumah Miliarder yang Telah Berfungsi Sebagai Sebuah Museum
Setelah pesta usai, benar saja mas Rully menepati janji. Ia dan kak Nita akan mengantarkanku ke beberapa tempat di kota Medan. Salah satunya, Tjong A Fie Mansion. Ya, kali ini aku tak sempat jalan-jalan karena harus segera pulang ke Tangerang. Nantilah, semoga ada rejeki aku kembali ke Medan. Semoga saja saat itu bisa ketemu BlogM (sapaan akrab untuk Blogger Medan) yaa!
Bagaimana tidak, di kiri kanan terdapat bangunan-bangunan tua yang terawat apik, seolah mengantarkan kita ke kejayaan masa lampau. Sayang, Medan selalu ramai lalu lintasnya, kalau tidak, ingin banget foto di jalanannya yang indah itu!
Tjong A Fie Mansion ini, didirikan pada tahun 1900 dan dibuka untuk umum pada 18 Juni 2009 untuk memperingati ulang tahun Tjong A Fie yang ke-150, dan rumah berlantai dua ini masih berdiri megah serta terjaga dengan baik.
Nama “Tjong A Fie” sendiri berasal dari seorang pengusaha, kapitan, dan bangkir sukses dari Tiongkok. Semasa hidupnya bangkir tersebut sangat disegani oleh masyarakat dan seringkali menjadi penengah dalam suatu permasalahan antar etnis.
Nama “Tjong A Fie” sendiri berasal dari seorang pengusaha, kapitan, dan bangkir sukses dari Tiongkok. Semasa hidupnya bangkir tersebut sangat disegani oleh masyarakat dan seringkali menjadi penengah dalam suatu permasalahan antar etnis.
Rumah Tjong A Fie benar-benar cocok menjadi salah satu landmark di kota Medan karena memperlihatkan keragaman budaya di Medan. Medan memang terkenal menjadi tempat tinggal berbagai penduduk dari berbagai suku. Baik itu orang-orang Tionghoa, Jawa, Batak, India dan yang lain.
Tjong A Fie hidup pada rentang waktu antara 1860-1921. Semasa hidupnya, Tjong A Fie dikenal sebagai seorang saudagar kaya yang mempunyai bisnis di berbagai bidang. Mulai dari perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan bahkan perusahaan kereta api. Menariknya, Tjong A Fie tak hanya dikenal sebagai saudagar kaya. Namun juga merupakan seorang yang mempunyai sikap dermawan di kota Medan.
Tjong A Fie hidup pada rentang waktu antara 1860-1921. Semasa hidupnya, Tjong A Fie dikenal sebagai seorang saudagar kaya yang mempunyai bisnis di berbagai bidang. Mulai dari perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan bahkan perusahaan kereta api. Menariknya, Tjong A Fie tak hanya dikenal sebagai saudagar kaya. Namun juga merupakan seorang yang mempunyai sikap dermawan di kota Medan.
Plakat di depan Tjong A Fie Mansion |
Ketika masih berada di Changnam,Tiongkok, Tjong A Fie menikah dengan seorang gadis yang bermarga Lie. Saat tiba di Deli ia menikah dengan Nona Chew dari Penang dan memilki tiga orang anak, yakni Tjong Kong Liong, Tjong Song-Jin, dan Tjong Kwei-Jin. Namun istri keduanya meninggal dunia.
Tjong A Fie dan Lim Koei Yap |
Ia lalu menikah dengan Lim Koei Yap dari Timbang Langkat, Binjai, putri seorang mandor perkebunan tembakau di Sungai Mencirim Lim Sam-Hap. Bersama Lim Koei Yap, Tjong A Fie memiliki tujuh orang anak, yakni Tjong Foek-Yin (Queeny), Tjong Fa-Liong, Tjong Khian-Liong, Tjong Kaet Liong (Munchung), Tjong Lie Liong (Kocik), Tjong See Yin (Noni), dan Tjong Tsoeng-Liong (Adek). (sumber : wikipedia)
Arsitektur dan Desain
Sekilas bisa dilihat bahwa rumah ini memliki perpaduan dari tiga desain yakni Tionghoa, Melayu, dan Eropa. Terdapat ruang tamu lengkap dengan meja dan kursi zaman dulu tersusun rapi lengkap dengan hiasan vas bunga.Poster-poster dan foto-foto yang terpampang di sepanjang dinding, menggambarkan sosok dari Tjong A Fie. Tidak jauh dari meja kursi, ada almari hias dengan foto Tjong A Fie bersama istrinya dan beberapa motif Tiongkok menempel di teko keramik.
Sultan Deli, Ma'moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah |
Tjong A Fie di usia 40 tahun |
Selain ruang tamu, juga ada ruang makan yang terdiri dari empat kursi dan meja makan. Di atas meja tersusun rapi piring, mangkok, sendok, garpu, dan lain-lain.
Setelah itu, kita bisa jalan ke ruang tidur (suite room) yang mewah. Duh, pada tahun itu saja, tempat tidurnya semewah itu loh! Perabotannya juga masih komplit, ada tempat tidur antik lengkap dengan kelambu, kursi, meja rias, dan lain-lain.
Oya, ruangan di sini ada 35 buah, dan yang paling terkenal adalah tempat ibadah. Kenapa? Karena Tjong A Fie bersama keluarganya menjadikan tempat ibadah untuk memuja para dewa lengkap dengan persembahan dan hio, jadi mirip dengan kelenteng kecil.
Paling suka dengan lorong dan taman ini, berasa kayak nonton drama keluarga China yang kaya jaman dulu |
Tempat ibadahnya |
Salah satu kamar dengan perabotan kayu jati |
Kalau berada di sini, mungkin karena langit-langitnya tinggi, dan semua memiliki jendela-jendela lebar, akan terasa adem.
Ngga perlu pake AC sudah adem |
Berhubung aku tak punya banyak waktu, maka aku tak bisa menikmati banget, karena terburu-buru harus ke toko oleh-oleh dulu. Untung saja kak Nita sudah meminta tolong untuk membeli kue bolu Meranti yang terkenal itu!
Semoga lain kali bisa lebih lama, sehingga puas berkeliling kota Medan! Salaaam!
Rumah dan museum yang bernilai sejarah. Aku juga sempat mampir saat ke Medan dan menuliskannya di blog. Sungguh sangat terkesan dengan tempat ini.
BalasHapusLucunya, waktu masih tinggal di Medan (masih SMP), aku pernah kursus musik di YAMAHA yang berada persis di depan museum Tjong A Fie. Jadi pas diajak Molly, salah seorang blogger Medan, kesini, langsung deh sekalian nostalgia. Dulu belum berpagar. Jadi bisa langsung terlihat saat melewati museumnya.
Oalah ... Yuk Annie pernah tinggal di Medan! OMG betapa kaya pengalamannya ya yuk!
HapusBtw aku pengen banget one day balik ke Medan, janjian dong kita ke sana bareng
wah mantap.. mantap.. aku membayangkan jaman dulu, orangnya seperti apa ya. Sampai selalu jadi penengah kalau ada konflik antaretnis. Sekarang berarti yang merawat peninggalannya adalah keturununannya ya
BalasHapusKalau sekarang diserahkan ke yayasan, nah kemaren sempat rame karena mendadak sejarah Tjong A Fie diangkat ke layar lebar - dengan setting di Tjong A Fie Mansion, dan ... sejarahnya melenceng jauh dari realitanya :(
HapusSudah kaya tapi rajin ibadah .harus kita seperti itu . ketika jadi penengah antar etnis pasti tidak mudah jadi tantangan tersendiri.
BalasHapusIya juga ya, sekarang kan penengah itu susah Mpo, semua berantem sendiri :(
HapusSangat terjaga rumahnya, bersih dan rapi. Keturunan beliau apakah jadi saudagar juga Mba? Mungkin sampai hr ini generasi ketiganya sudah lahir ya
BalasHapusWah pertanyaan yang keren. Kalau Mansionnya memang saat ini ditangani oleh keturunan Tjong A Fie yaitu Bapak Fon Prawira
HapusKalau jejak anak-anaknya susah ditelusuri karena ga ada di medsos - nah yang menarik adalah ketika sejarah Tjong A fie diangkat ke layar lebar, akun @riccocheza marah karena ia sebagai buyut ga pernah merasa yang "aneh-aneh" .. berarti dia adalah keturunan keluarga besar ini
Masya Allah , keren ya rumah Tjong Fie ini. Saya membayangkan tinggal di sana bagaimana ya .. serem nggak? :D
BalasHapusItu yang diangkat ke layar lebar kan horror stories ya, nah padahal cucu cicitnya engkong Tjong A Fie masih pada bobok di situ sampe tahun berapa gitu.
HapusMereka ngamuk lah, rumah yang mereka tinggali dibikin konten horor. Koplak ya...
Pernah baca tentang rumah ini udah lama, cuma nggak ada list nama anak2nya. Ini tajir melintir gitu ya mba:)) seperti tempat penginapan klo rumah saudagar kaya. Aku lapar deh baca bolu meranti. Asyik ya ada sepupu di Medan, salah satu tempat yg pengin aku kunjungi jg sumut mbaaaa.
BalasHapusBuanget. Bayangin aja bisa sampe mempersatukan beberapa etnis di Medan, kan jaman itu yaaa pasti kalau ketemuan ya di ruang tamu engkong Tjong A Fie dong...
HapusPastinya ada suguhan suguhan lezat juga ... So kebayang betapa "kayanya" beliau. I mean ngga cuman kaya harta tapi juga kaya hati
Main ke Medan ketemu teman trus bisa main ke tempat Tjong a Fie yg dulu dijadikan rumah bersma keluarganya. Tiket masuknya terjangkau ya mbak, bisa jadi nilai edukasi juga ini. Beliau paket lengkap banget ya, kaya memiliki usaha di berbagai bidang dan dermawan sehingga bs bermanfaat kepada org banyak. Inspiratif banget.
BalasHapusRumah Tjong a Fie ini memang cantik ya
BalasHapusJadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi saat ke Medan
Semoga aku kapan kapan bisa main kesini
rumahnya asli cakeeep banget ya mba. I would definitely love to come here to visit as well
BalasHapusKlasik banget, cakep kalau di foto rumah-rumah jadul gini. Baca ini jd tahu juga ada tokoh Tjong a fie
BalasHapusPernah baca beberapa artikel tentang Wisata Medan. Salah satu yang wajib dikunjungi ya ini, Rumah Tjong A Fie. Rumah tua keturunan Tionghoa yang sampai saat ini masih ada dan terawat.
BalasHapusHarga tiketnya juga cukup terjangkau.
Wuih unik banget ya rumahnya. Di zamannya aja udah gitu ya, rumahnya megah dan unik. Pastinya beliau ini memang sangat tajir. Di zaman sekarang pun gak semua orang bisa punya rumah kayak gitu. Noted deh, kalo ke Medan wajib kayaknya menyambangin tempat ini.
BalasHapusBangunannya masih terjaga dengan.baik ya ...nah ini cantik banget, suatu saat kalau balik ke Medan pengenn mlirik tmn sejalan (gusti yeni)
BalasHapusTjong A Fie Mansion dibangun 1900 tapi masih kokoh ya bangunannya, bersih dan terawat dengan baik.
BalasHapusAda 35 kamar, wow... Sebanyak itu ya di masa itu, benar-benar konglomerat dia.
Bagus dan berkelas banget deh penataan ruangan di rumah Tjong A Fie ini. Maklum lah ya saudagar di jamannya. Jadi pengin ikutan ke sana jalan2 bareng Mbak Tanti.
BalasHapusAsyik banget mak lihat museum ini, bikin nostalgia zaman dulu. Aku suka cerita sejarah dan bayangin rumah-rumah tionghoa tempo dulu.
BalasHapusTjong Fie menurutku paket komplit banget ya, terkaya, terpandang, bijaksana, menyatukan beberapa etnis, pantes saja begitu diakui dan dijadikan museum rumahnya agar dikenang dan dikenal oleh generasi sekarang.
BalasHapusRumahnya cakep banget ya dan terpelihara banget jadi yang berkunjung pun senang bisa menjelajah rumah bersejarah dengan nyaman, bayangkan kalau datang ke museum yang gelap, kotor dan berdebu rasanya nakutin ya Makneng
BalasHapusMbak kapan ke Medan kabarin loh... aku bawa jalan-jalan keliling Medan. Ke rumah Tjong A Fie lagi kita, hehe. Kesini ini ngga ada bosennya sih aku. Selain memang suka sejarah, tempatnya itu nyaman karena bersih.
BalasHapusBtw, terimakasih banyak BLnya ya mbk... :)