Pakar Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali menyatakan terdapat 10 kata beracun atau toxic yang harus ditinggalkan oleh anak muda. Beliau menyebutkan sepuluh kata toxic yang seringkali digunakan anak-anak muda sebagai alasan untuk tidak produktif.
Sepuluh kata itu adalah : cuan, passion, insecure, quarter life crisis, hustle culture, toxic work place. Juga passive income, financial freedom, smart work serta privilege.
Kata yang terdengar tidak terlalu baru itu, dan selama ini kupikir berkonotasi positif, eh malah dibilang toxic! Apa ya alasan pak Rhenald mengatakan hal itu toxic?
Toxic kaan.. artinya racun? Oke oke, biar ga bingung, mari kita pegangan tangan bareng.
Nah, jadi di jaman now,
toxic berarti codependent relationship, yang artinya hubungan yang tak jelas, yang satu mengambil manfaat terlalu besar dari yang lain! Dengan kata lain, jika ada si A dan si B, maka A dinilai egois - atau memiliki pengaruh buruk pada si B.
Itu sebabnya, perilaku mau pun kalimat yang memiliki pengaruh buruk, disebut toxic. Daaan, toxic words atau kalimat toxic, berpengaruh besar dalam hidup loh, jadi memang sebaiknya dihindari juga.
Di tulisan kali ini, aku tidak akan bahas toxic dan permasalahannya, karena udah pernah aku buat microblogging-nya di sini
Tapi yang akan aku bahas detail adalah kata-katanya, karena ada seorang teman blogger yang meminta untuk dibahas detail, kenapa kata itu menjadi sebuah kata yang toxic!
Apa saja kata toxic itu?
Berikut beberapa makna dari kata-kata yang disebut Rhenald Kasali:
Cuan
Cuan merupakan bahasa Hokkien yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Cuan mengacu pada laba, pendapatan, atau penghasilan seseorang. Kata ini dapat menjadi toxic apabila anak muda hanya mengejar keuntungan dalam melakukan segala sesuatu tanpa merasakan prosesnya.
Passion
Passion adalah kegemaran dan kesenangan. Artinya, dengan memiliki passion dalam suatu hal, maka seseorang akan tidak pernah bosan untuk beraktivitas.
Hal ini akan menjadi racun bagi anak muda apablia ia hanya mengacu pada prinsip ingin bekerja sesuai dengan passion. Sehingga, walaupun passion adalah hal yang baik, tetapi ia akan menjadi penghalang berkembang.
Insecurity
Insecurity atau insecure - adalah keadaan seseorang merasa tidak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan kebanyakan manusia berbahaya dan egois. Kondisi ini akan menjadi penghalang bagi anak muda yang takut melangkah akibat ragu akan kemampuannya.
Hustle Culture
Mengutip laman Kementrian Keuangan Republik Indonesia, hustle culture dapat dimaknai sebagai suatu keadaan bekerja terlalu keras dan mendorong diri sendiri untuk melampaui batas kemampuan hingga akhirnya menjadi gaya hidup.
Seseorang yang menganut hustle culture cenderung mengabdikan diri hanya untuk bekerja, jarang beristirahat, kurang tidur, dan seringkali memotivasi diri sendiri untuk terus mengabaikan rasa sakit dengan tetap bekerja. Hustle culture akan menjadi racun yang merusak diri dari dalam.
Quarter Live Crisis
Quarter Life Crisis adalah periode ketidakpastian dan pencarian jati diri yang dialami individu pada saat mencapai usia pertengahan 20 hingga awal 30 tahun.
Mengutip laman Psikologi Unnes, pada periode ini, individu dihantui perasaan takut dan khawatir terhadap masa depannya, termasuk dalam karier, relasi, dan kehidupan sosial. Periode ini dapat menghambat pertumbuhan seseorang dalam hal berkarir maupun berkarya.
Toxic Workplace
Toxic workplace adalah suasana kerja yang kurang mendukung untuk produktif, seringkali karyawan merasa tidak nyaman ketika bekerja.
Mengutip publikasi Hubungan Toxic Workplace Environment Job Stress, Employee Life Satisfaction dan Productivity dengan Gender dan Masa Kerja sebagai Pedemorasi, toxic workplace dapat berupa tindakan perisakan, perundungan, incivility, ostracism, stalking, dan abusice supervision.
Passive Income
Secara sederhana, passive income adalah pendapatan pasif. Mengutip laman Unimal News, artinya penghasilan yang diperoleh seseorang dalam berbagai bidang dan cara dengan melakukan aktivitas yang minim.
Seorang blogger juga memiliki passive income loh, dari menulis. Tentu saja tidak "sebesar" seperti memiliki perusahaan multi level marketing yaa! Nah passive income aku, terutama jika menulis tentang artikel bisnis, karena banyak sekali peminatnya.
Rhenald Kasali menilai bahwa anak muda di usia belasan dan dua puluhan belum waktunya memiliki passive income.
Financial Freedom
Financial freedom dapat diartikan sebagai kemapanan finansial seorang individu. Saat seseorang mencapai kemapanan ini, ia tak lagi khawatir untuk kekurangan uang.
Namun, secara umum financial freedom adalah kondisi di mana seseorang memiliki cukup simpanan, terbebas dari utang, memiliki investasi, dan uang untuk mencukupi gaya hidup yang diinginkan dalam jangka waktu relatif lama.
Banyak anak muda yang memimpikan kemapanan finansial dengan cara bekerja lebih keras lagi, tanpa sadar bahwa hal ini merupakan racun bagi dirinya.
Smart work
Smart work adalah cara bekerja dengan mengacu pada efisiensi waktu dan tenaga seseorang. Memang ini baik, tetapi kendali smart work yang berlebihan akan menjadikan racun jika seseorang akan membatasi dirinya dari beban pekerjaannya.
Privilege
Privilege merupakan hak istimewa, kesempatan, atau keuntungan yang dimiliki oleh seseorang. Bagi orang yang memiliki privilege, tentu sangat mudah dalam bekerja dan berkarya. Namun, privilege orang lain akan menjadi beban bagi orang yang terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain.
Karena aku adalah seorang blogger perempuan, maka sangat menyenangkan memiliki privilege, tapi tentu saja tidak untuk disalah-artikan. Baru-baru ini, viral seorang food blogger yang meminta diistimewakan saat makan di sebuah resto mahal, padahal ia tak membuat janji temu dengan si empunya resto.
KENAPA KAMU TERJEBAK DI LINGKUNGAN "BERACUN" ?"
Terkadang memang sulit untuk membedakan sikap positif, toxic positivity atau malah toxic environment.
Menurut Tchiki Davis, Ph.D. kita sering terjebak pada pandangan “lihat sisi baiknya”. Pandangan tersebut bisa saja berasal dari saran orang-orang terdekat. Setelah mendengar kalimat tersebut mungkin kamu merasa mereka dapat mengurangi atau menyangkal perasaan negatif. Tapi kenyataannya hal tersebut bisa menjadi racun.
Padahal sebenarnya tidak masalah ketika kamu mengatakan "Hei, tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja." Ini menunjukkan penerimaan emosi negatif kita serta kasih sayang dan rasa terima kasih. Pendekatan ini tidak toxic karena tidak menyangkal emosimu dan memaksa untuk merasakan sesuatu yang tidak ingin kamu rasakan.
Sebaliknya,
berdekatan dengan sumber lava emosional juga tak kalah menyakitkan. Hawa panas, rendah diri, terpacu pada mengejar sesuatu yang semu -misal : CUAN, CUAN, CUAN - yang tak akan membuatmu mendadak kaya raya, atau mengubah seketika hidupmu jadi hartawan nan dermawan!
Tak ada yang instan, kawan.
Hidup bukan berada di jalur MLM yang jaminannya punya sertifikat pesangon abadi, bebas euy dari masalah finansial sekaligus emotional freedom! Oopss... tergelincir sedikit, kamu malahan terjebak di lautan bernama sunk cost fallacy - dan terbenam dalam kesulitan hidup orang lain!
So, berhati-hati dalam membaca situasi. Iqro. Bacalah.
Kalimat pertama ini, adalah fondasi kita dalam melangkah. Iqro' tak hanya berarti baca namun juga mengertilah, pahamilah, cerdaslah, berpikir majulah dan punyai visi!
Semoga kita terhindar dari toxic words, toxic friendship, toxic environment. Aamiiiin.
Bener banget sih, kadang penilaian seperti ini dari lingkungan bikin langkah semakinn terhambat. Apalagi kalau dibaca dari awal sebenarnya ini memang tentang sukses, cuma kadang standar sukses tidak harus seperti itu. Beberapa hal malah bikin tertekan sih bukannya maju, terima kasih sharingnya!
BalasHapusiya mbak - ini toxic words yang membuat mental block
HapusAku kaget pas tahu kata-katanya. Sebab beberapa kata menurutku maknanya positif sekali. Misalnya saja passion atau financial freedom. Kayak passion itu, aku sering liat orang yang sukses karena sejak awal sudah sadar passionnya di mana. Tujuan suksesnya ya untuk mencapai financial freedom lebih cepat.
BalasHapusKayaknya semua balik ke sudut pandang ya mbak. Kecuali untuk kata insecure yang emang maknanya condong ke negatif. Jadi penghambat untuk berkembang dsb. Aku penggemar Prof.Rhenald namun untuk 10 toxic words ini kayaknya gak semuanya aku bisa sepakat hehehe balik-balik ke tujuan penggunaan kata itu sendiri.
Sebenernya menurutku kata-katanya nggak yang toxic gimana-gimana ya, karena kata-kata tersebut memang digunakan di mana-mana. Mungkin kalau penggunannya untuk kalimat-kalimat yang malah jadi toxic positivity maka kata-kata tersebut maknanya malah jadi toxic. Kayak misalnya apa-apa harus cuan, harus bisa segera punya passive income, atau pada flexing tentang dirinya yang udah bisa financial freedom.
BalasHapusAku menyoroti di bagian toxic environment-nya aja ya, kak Tanti.
BalasHapusSoalnya aku pernah berada di lingkungan seperti ini, Rasanya lelah sekali dan apa yang aku kerjakan kerap dikritisi. Seharusnya seperti yang kak Tanti katakan bahwa "Kritikan bisa menjadi positif kalau diutarakan oleh orang terdekat dan dengan tujuan agar lebib baik."
Tapi kalau kritikan itu cenderung tidak menghargai kerja keras seseorang (meremehkan, dll). aku lebih baik keluar dari lingkungan yang demikian. Rasanya jadi gak happy banget.
Dan ketakutan terbesarku ketika keluar dari lingkungan tersebut sebenernya adalah efek kehilangan. Tapi aku bener-bener meyakinkan bahwa sesuatu dalam hidup itu "Come and Go". Gak perlu maksain diri buat jadi yang disenangi orang lain.
Gak nyangka passive income dan financial freedom jadi kata toxic, tapi ternyata ada alasan yang mendasari kata ini disebut kata toxic yaa
BalasHapusjujur memang gembar gembor tentang financial freedom ini membuat kita jadi semacam dihantui sih ya pokoknya gimana caranya biar bisa dapat uang banyak gitu dan pas tua bisa santai-santai dan ujung-ujungnya malah jadi beban tersendiri trus melupakan Allah sebagai pemberi rezeki kita
BalasHapusWaah makasih banyak Kak atas penjelasannya! Saya jadi perlu lebih waspada kalau ada kata-kata yang baru booming, jangan-jangan memang ada makna negatif di belakangnya. Lagipula, kerja apapun dan di manapun prinsipnya selalu sama: ada usaha yang harus dikeluarkan, ada tantangan (hambatan yang membantu kita berkembang), dan ada hasil (entah itu besar atau kecil--tergantung penerimaan kita).
BalasHapusJadi kalau too good to be true (kayak passive income), itu udah di luar prinsip. Mungkin berlaku untuk beberapa orang, tapi tidak berlaku secara umum.
Juga toxic environtment kalau digunakan berlebihan malah menunjukkan betapa diri seseorang itu bermental lembek.
Jadi memang memaknai sesuatu harus menyeluruh dan penggunaannya sedang-sedang saja