Pernahkah kalian bingung ketika hendak memutuskan untuk melakukan sesuatu, tapi seolah tak masuk logika? Benarkah logika dan perasaan itu tak pernah seiring jalan?
Oke, yuk kita bahas satu persatu!
Pertama, sebenarnya pikiran dan perasaan itu sama sekali bukan dua hal yang berlawanan. Yes, sebenarnya pada kenyataannya, keduanya itu sama-sama produk dari otak kita.
Keduanya adalah "partner in crime" dalam arti, kerjanya saling berhubungan dan memiliki peran masing-masing.
Ambil contoh, suatu ketika kita suka sama seseorang. Seorang ilmuwan pernah menjelaskan, bahwa sebenarnya di dalam diri seseorang itu, ada proses yang tanpa disadari menyeleksi dan membentuk tipe yang diinginkan. Nah, karena ini terjadi secara spontan, hal ini biasa kita sebut sebagai perasaan.
Contoh lainnya, jika kita jajan ke minimarket. Dari jauh, tanpa sadar pikiran kita menarik ke jajaran rak yang berisi cemilan favorit kita!
Jadi, saat pertama suka kepada seseorang, ternyata perasaanlah yang memegang kendali, sehingga fikiran dan perasaan itu bukan berlawanan tapi selalu berjalan beriringan. Logika seseorang bermain ketika perasaan juga terlibat di dalamnya.
Logika Berpikir, Juga Berdasarkan Pola Asuh?
Sobs, pernah ngga kalian merenung, apakah pilihan kita saat ini terbentuk dari apa yang orangtua ajarkan kepada kita?
Aku pernah loh, punya teman yang mengajarkan pada anaknya seperti itu.
"Hidup itu, bukan tentang apa yang kamu sukai tapi disitu ada uangnya atau enggak!"
Jadi bukan lagi : apakah kamu bahagia atau enggak dengan apa yang kamu lakukan!
Adakah cara untuk memilah bahwa keputusan kita berdasarkan pada pikiran dan bukan perasaan ini?
Ada, namanya mindfulness.
Mindfulness adalah cara melatih pikiran agar kita itu sadar penuh hadir utuh disaat sekarang ini.
Mindfulness adalah ilmu yang melatih pikiran untuk sadar penuh dan hadir di present moment, jadi pikiran terlatih untuk "sadar" sepenuhnya, tidak banyak melamun atau bahkan kosong.
Manusia kebanyakan memang terlalu mengkhawatirkan masa depan, sehingga muncul kecemasan jadi worry too much tentang kalau besok gimana ya?
Setiap orang itu memiliki track-nya masing-masing. Jadi, jika ada rasa terjebak, seperti hidup di dalam sebuah dunia yang BUKAN PILIHAN atau passion-nya, maka ia seolah berlari di sebuah bundaran. Ia tak kemana-mana.
Berbeda dengan jika seseorang menjalani kehidupan yang ia sukai dan cintai. Maka ia terhindar dari lelah, stres dan akibatnya, perasaan dan logikanya akan seiring sejalan - karena harmoni.
Jadi intinya tuh kembali ke mindset masing-masing orang ya? Tapi gini nggak sih, jika orang mau menyadari bahwa semua yg dihadapinya memang harus terjadi, maka bisa saja logika dan perasaan bisa berjalan seiringan
BalasHapusMelatih pikiran agar sadar sepenuhnya itu penting ya mbak bisa diterapkan dalam banyak hal, jadi kita bisa melalui sesuatu di jalan yang benar dan terarah
BalasHapusWah bahasan berat ini ya, tapi bener banget perlu dipelajari dan diketahui bahwa logika dan perasaan ternyata memang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki kinerja masing-masing ya. Hemm pantesan kalau kita suka sama seseorang itu ternyata menggunakan perasaan atas apa yang kita lihat sebelumnya. Termasuk melihat cemilan dan makana favorit di rak minimarket wkkwk
BalasHapusTerlalu khawatir dengan masa depan sampai lupa untuk mindful dan bersyukur untuk masa kini. Iya ... iya ... kadang pikiran begitu muncul padahal kita enggak bisa kontrol masa depan. Yang bisa kita kendalikan ya apa yang kita lakukan hari ini.
BalasHapusSetuju, Mba.. Tapi saya diajarkan Pak Suami prosentasenya harus lebih besar logika drpd perasaan. Logika 80% perasaan 20% jadi jangan kebalik. Karena jika dominan logika, kita ga mudah baperan. Ga mudah bernegatif thinking sama org dan ga mudah ditipu orang. Saya juga ajarkan ke anak2 spt itu. Perasaan tetap dibutuhkan utk menumbuhkab empati bukan benci.
BalasHapusBener kata mba tanti, semua bisa seiring sejalan kr didikan atau pola asuh. Saya diajarkan di keluarga utk selalu berpositif thinking, dan mendapat suami diajarkan utk berpikir bijak dengan logika.
Uhuk2 jadi emang gak selalu cinta tak ada logika? Sebagai orang dengan tipe Feeling daku berasa dicubit ama tulisan ini heheheheh. Kudu main logika dan akal sehat serta belajar mindfulness, bukannya mood swing.
BalasHapusMemang kadang gitu sih mak Tanti, logika dan perasaan tak bisa bersamaan ya. Tapi kalau kita selalu mengandalkan perasaan tuh kadang nyebelin gak sih? Kalau aku pribadi lebih suka logika, perasaan nomer dua.
BalasHapusMindfullness, saya juga lagi belajar menerapkan hal ini mbak dalam berbagai hal di kehidupan. perlu latihan dan pembiasaan memang, namun bukan tak mungkin untuk dilakukan
BalasHapusBegh, langsung aku klik deh landing page Mas Rasjid!
BalasHapusMau tahu persfektik doi tentang logika dan perasaan, bisakah memang sejalan?
Alhamdullillah.
Ternya logika dan perasaan bisa jadi karib ye Mak!
But, yet memang kudu dilatih, atau tepatnya dikembangkan!
... dan kabar baiknya bahkan bisa lewat latihan bernapas dan menulis perasaan di selembar kertas!
... and as always, your post, always inspiring, Mak!
Aku, padamu, mak Neng Tanti!
Menghadapi orang yang sangat cemas berlebihan memang penuh perjuangan banget. Saya sendiri malah kebalikannya. Saya percaya kok kita berusaha untuk yg terbaik, tapi saya juga gak mau ngoyo mengejar sesuatu berlebihan. Karena berlebihan juga gak baik ya? Jadi emang enjoy aja sesuai dengan kemampuan
BalasHapusNah ini terkadang suka ga sejalan antara logika dan perasaan, hahaha aku banget. Banyak ga enakannya juga.
BalasHapusTapi semenjak belajar mindfulnes, Alhamdulillah sudah mulai harmoni, dan selaras. Tiap ketemu orang ada disitu jiwa dan raganya, ga mau mimiran masdep, hidup saat ini, disini kini, bikin happy MakNeng.
Katanya yang gak pake logika itu cuma 3, ka Tanti.
BalasHapusMemilih paslon tertentu, supporter sepakbola sama orang yang sedang jatuh cinta.
Mungkin ketiganya ini yang antara logika dan perasaan ga balance.
Hehhee..
Tapi memang semuanya kudu berlatih.
Practices makes perfect. Belajar untuk bersabar, mindfulness dan mengambil keputusan yang paling minim mudhoratnya.
Sering banget menghadapi ini, suka beda antara logika dan perasaan. Sering banget ga enakan karena takut sakitin orang lain. Harus selalu belajar untuk mindfulness
BalasHapusAh iya, kadang bisa berseberangan gitu antara logika dan perasaan
BalasHapusTapi klo melakukan hal yang disukai, bisa tercipta harmoni
mindfulness ini sekarang memang sedang hits banget yaa. katanya sih perempuan lebih banyak menggunakan perasaan ketimbang logika saat bertindak. nggak tahu juga sih ya tapi memang harusnya berkaitan sih logika dengan perasaan ini
BalasHapussekarang ini banyak banget disinggung tentang mindfulness ya mak, mengingat keterlibatan kita secara utuh ke dalam kegiatan yang kita lakukan memberi dampak luar biasa untuk jiwa. bisa memperbaiki hidup juga.
BalasHapussaya pernah nih diminta buat belajar mindfulness waktu pengobatan jiwa, tapi cuma bertahan beberapa bulan saja sih. perasaan sama logikanya masih gak sejalan hehe
BalasHapusIya Makneng, aku tuh termasuk yang sering overthinking akhirnya jadi buang waktu sekarang banyak istighfar dan berusaha lebih mindfulness makasih artikelnya yaa
BalasHapus