Zizi tinggal di sebuah kota kecil yang penduduknya terkenal ramah, bahkan di komplek rumah Zizi, mereka akrab satu sama lain.
Zizi sendiri, dikenal sebagai pribadi yang ceria dan selalu siap membantu orang lain. Namun, di balik senyum manisnya, ternyata Zizi sering merasa lelah dan terkuras energinya. Iaselalu berusaha memenuhi ekspektasi orang lain tanpa memperhatikan dirinya sendiri, dengan kata lain Zizi "gak enakan".
Menyadari Kebutuhan Diri
Suatu hari, setelah mengalami minggu yang sangat melelahkan di tempat kerja dan merasa tertekan karena berbagai permintaan dari teman-temannya, Zizi memutuskan untuk merenung. Ia duduk di bangku taman dekat rumahnya, memandangi bunga-bunga yang bermekaran, dan bertanya pada dirinya sendiri mengapa ia merasa begitu lelah.“Apakah aku melakukan terlalu banyak?” pikirnya. “Apakah aku pernah mempertimbangkan apa yang benar-benar bisa aku lakukan dengan baik tanpa merasa tertekan?”
Mengukur Kemampuan dan Kapasitas Diri
Dengan tekad baru, Zizi mulai mempelajari konsep “Healthy Boundaries” dan mulai mengevaluasi hidupnya. Ia memutuskan untuk mulai mengukur kemampuannya dengan lebih baik. Setiap kali ada tugas baru di tempat kerja, ia mempertimbangkan beban kerjanya saat ini dan menilai apakah ia mampu menyelesaikan tugas tersebut dengan baik tanpa mengorbankan kesehatannya.
Zizi juga mulai mengenali batasan fisik dan mentalnya. Ia mencatat kapan ia merasa paling produktif dan kapan ia merasa perlu istirahat. Dengan cara ini, ia dapat menyusun jadwal yang lebih realistis dan seimbang.
Zizi juga mulai mengenali batasan fisik dan mentalnya. Ia mencatat kapan ia merasa paling produktif dan kapan ia merasa perlu istirahat. Dengan cara ini, ia dapat menyusun jadwal yang lebih realistis dan seimbang.
Berani Menolak
Langkah berikutnya yang Zizi ambil adalah belajar untuk mengatakan “tidak” pada hal-hal yang tidak relevan atau yang bisa membebani dirinya. Suatu hari, seorang teman meminta Zizi untuk membantu proyek yang sebenarnya di luar kapasitas dan minatnya.
“Maaf, aku tidak bisa membantu proyek ini karena aku sudah memiliki banyak komitmen lain yang harus diselesaikan,” jawab Zizi dengan tegas namun sopan.
Awalnya, memang Zizi merasa tidak enak menolak permintaan tersebut, tetapi ia segera menyadari bahwa mengatakan “tidak” adalah bentuk perlindungan terhadap dirinya sendiri dan bukan berarti ia tidak peduli pada orang lain.
Menentukan Circle Pertemanan
Langkah terakhir yang diambil Zizi adalah menilai kembali lingkaran pertemanannya. Ia mulai memperhatikan siapa saja yang memberikan dampak positif dalam hidupnya dan siapa yang justru seringkali membawa energi negatif. Ada beberapa teman yang selalu mengeluh dan mengkritik tanpa alasan jelas, yang membuat Zizi merasa tidak nyaman.Dengan hati-hati, Zizi mulai mengurangi interaksi dengan teman-teman yang toxic. Ia mulai lebih sering menghabiskan waktu dengan orang-orang yang mendukung, memberikan inspirasi, dan menghargai batasan-batasannya.
Hasil dari Perubahan
Setelah beberapa bulan menjalani perubahan ini, Zizi merasakan perubahan yang signifikan dalam hidupnya. Ia merasa lebih berenergi, lebih bahagia, dan lebih produktif. Ia juga merasa lebih dihargai karena orang-orang di sekitarnya mulai memahami dan menghormati batasan yang ia tetapkan.Suatu hari, saat Zizi sedang duduk di taman yang sama, ia tersenyum sendiri. Ia menyadari bahwa menciptakan healthy boundaries bukanlah tentang menjauhkan diri dari orang lain, tetapi tentang mencintai dan menghargai dirinya sendiri lebih dahulu. Dengan begitu, ia dapat memberikan yang terbaik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.
“Terima kasih, Zizi, telah berani berubah dan merawat diri sendiri,” ia berbisik dalam hati sambil menikmati keindahan bunga-bunga di sekitarnya.
Sekarang, Zizi siap melangkah maju dalam hidupnya dengan penuh keyakinan dan keseimbangan, siap menghadapi apa pun yang datang dengan batasan yang sehat dan hati yang bahagia.
kadang kita memang agak sungkan kalau mau menolak orang lain, malah menjawab "iya iya" tapi sebenernya dalam hati nggak sreg
BalasHapusada kalanya kita harus berani bilang tidak, apalagi kalau hal tersebut ga sesuai dengan hati nurani kita