Prelude Cafe & The Witches Revenge - 3



Jejak Memori Rasa

Prelude Café memang tak seperti resto resto kopi yang sekedar menawarkan ambience homey. Ia juga menyuguhkan kenyamanan, bahkan untuk yang sedang bersedih, terasa kehangatan pelukan dalam sesapan demi sesapan di secangkir kopi!

Pengunjung banyak yang tak menyadari hal itu, mereka hanya berpikir “Kopi di sini beda ya? Kok bisa manis, pekatnya persis seperti yang kuinginkan?”

Sesekali, Yrre hanya tersenyum dalam hati. Sebagai barista yang bertugas setiap saat, kemampuannya dalam telepati memang sedikit menguntungkan bisnis. Ya, Yrre memang tak spesifik tahu apa yang ada di dalam kepala pelanggan. Tapi ia bisa meraba “jejak” memori rasa di dalam ingatan, dan tahu persis si pelanggan membutuhkan secangkir kopi espresso (karena rekam jejak kopi yang kuat) atau hanya secangkir teh dan sepotong crème brulee.

Sebagai barista, ia memang belajar dunia perkopian ini hingga keliling dunia. Ia tak hanya sekedar belajar mengoperasikan mesin kopi yang rumit, sekaligus harus tahu meracik ratusan jenis kopi. Barista yang baik harus tahu apakah susu harus di-froth, di-steam, atau di-foam.

Yrre juga belajar sejarah, daerah asal hingga cara merawat biji kopi.

Itu sebabnya, Yrre merasa heran ketika gadis cantik dengan warna mata keunguan itu tanpa ragu memesan dua cangkir latte dengan rasa berbeda. Es vanilla latte yang segar, white chocolate latte panas, ditambah doppio dari Kopi Gayo yang pahit dan beraroma kuat! Ia memilih dengan seksama jenis kopi yang diinginkan, takaran susu bahkan berapa banyak es yang ditambahkan.

Yrre bergumam, “Kakak ini barista jugakah, kok tahu persis ? Dan … jejak memorinya kenapa seolah ia penikmat segala jenis kopi? Dan.. itu ada wangi kopi yang kuat bercampur wangi buah-buahan manis sekaligus pedas menguar! Aku tak pernah menciumnya di mana pun!”

Sementara itu, Deira memilih sebuah sudut yang nyaman, tak telihat langsung oleh pengunjung lain. Ia bersyukur tadi bisa secepat kilat mengubah pakaian yang ia kenakan, dan berjanji akan menonjok penyihir penjaga ruang ganti di stasiun Dalathea – Bukit Tenko, Madagaskar yang memberikan pakaian super minim tadi pagi!

Prelude Cafe & The Witches Revenge part 1

Prelude Cafe & The Witches Revenge part 2

Tidak ada komentar

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)