HENTIKAN BERHUTANG, KARENA ITU ADALAH PENYAKIT!



    Pernahkah kamu merasa seolah-olah kata-kata yang keluar dari mulut kita punya kekuatan magis? Itulah yang saya rasakan setelah bertahun-tahun terjebak dalam lingkaran hutang dan kecemasan. 

    Di usia yang sudah lewat setengah abad, saya mulai menyadari bahwa setiap kata yang saya ucapkan memiliki energi. Perlahan tapi pasti, saya mengganti kata 'hutang' dengan 'kewajiban'—karena yang saya butuhkan bukan lagi kekhawatiran, tapi tanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai.
Salah satu pelajaran terbesar yang saya dapatkan adalah bahwa kata-kata memiliki energi.
    Mau tahu apa ini bukan sekedar teori, tapi sebuah praktik nyata dalam hidup saya? Dan mengapa berhutang cenderung dianggap sebagai sebuah penyakit? Baca sampe di paragraf empat deh!

Kenapa Berhutang Bisa Dianggap Penyakit?



    Berhutang, terutama ketika dilakukan secara berlebihan dan tanpa perencanaan, seringkali menyerupai penyakit yang merusak kondisi keuangan dan mental seseorang. Sama seperti penyakit fisik, kebiasaan berhutang bisa berkembang dari sesuatu yang kecil menjadi masalah besar yang sulit diatasi. Mengapa demikian?

1. Mengganggu Ketentraman Mental

    Setiap hutang yang belum terbayar akan terus menghantui pikiran. Seiring waktu, kecemasan karena kewajiban membayar hutang dapat menyebabkan stres berkepanjangan. Hidup jadi penuh tekanan, dan ketenangan pikiran hilang, seperti penyakit yang terus menggerogoti dari dalam.

2. Membuat Ketergantungan

    Sama seperti penyakit yang membuat tubuh bergantung pada obat, berhutang bisa menciptakan siklus ketergantungan. Begitu seseorang terbiasa berhutang, mereka cenderung mencari jalan pintas dengan hutang baru untuk menutup hutang lama, hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran tak berujung.

3. Mengikis Kesejahteraan Finansial

    Seperti penyakit yang menyerang organ vital, hutang secara perlahan menggerogoti stabilitas finansial. Bunga dan denda yang terus bertambah menyebabkan beban keuangan makin berat. Jika tidak segera diatasi, kondisi ini bisa menghancurkan masa depan finansial seseorang.

4. Menular ke Gaya Hidup  


    Hutang bukan hanya masalah individu, tetapi juga bisa menular ke gaya hidup. Seseorang yang terbiasa berhutang cenderung menjalani hidup di luar kemampuan mereka, yang bisa menjadi contoh buruk bagi orang di sekitarnya. Hutang bukan lagi sekadar alat untuk memenuhi kebutuhan, tapi menjadi pola hidup yang merusak.

Dengan pola pikir yang tepat, penyakit "hutang" ini bisa dicegah dan disembuhkan. Kuncinya adalah kesadaran, perencanaan keuangan yang matang, serta disiplin untuk tidak tergoda oleh gaya hidup instan.

    Selain itu, saya juga menyadari bahwa Allah tidak akan membebani saya di luar kemampuan saya. Jika saya diberi masalah, pasti ada solusinya. Keyakinan ini membuat saya lebih tenang, percaya bahwa semua kesulitan pasti bisa diatasi selama saya tetap bersandar pada Allah. 
Ujian dalam hidup ini hanyalah cara Allah mengingatkan saya bahwa segala sesuatunya bisa diselesaikan dengan pertolongan-Nya.
    Saya juga mulai mempraktikkan sedekah secara rutin, meskipun hanya sedikit. Saya yakin bahwa sedekah bisa membuka pintu rezeki yang tak terduga. Setiap kali bersedekah, saya berdoa dengan tulus, meminta Allah untuk membantu melunasi semua kewajiban saya. Dengan cara ini, saya percaya keajaiban akan datang di waktu yang tepat.

    Yang terpenting, saya sekarang berani meminta kepada Allah dengan spesifik. Misalnya, jika saya butuh 10 juta dalam dua minggu untuk melunasi kewajiban, saya akan mengatakan itu dalam doa saya, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan jalan.


    Dengan mengubah pikiran dan kata-kata saya, dan mengubah tujuan keuangan saya berharap bisa hidup lebih positif dan tidak lagi terbebani hutang. Saya percaya bahwa dengan izin Allah, segalanya bisa terjadi.

    Ini adalah langkah awal dari perubahan hidup saya, sebuah perjalanan spiritual yang dimulai dari dalam diri, dengan keyakinan kuat bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya.

4 komentar

  1. Penyakit mental dan bikin kecanduan yaaa. Emang bener kalau keputusan keuangan seseorang (termasuk borrowing money) dipengaruhi oleh psikisnya dan harus disembuhkan biar gak tuman.

    BalasHapus
  2. Setuju banget! Hutang memang bisa jadi semacam “lingkaran setan” kalau nggak segera diatasi. Kecenderungan untuk terus berhutang memang bisa terkait dengan kondisi mental dan kebiasaan, jadi penting banget buat kenali penyebabnya, kontrol, dan ubah pola pikir soal keuangan. Dengan begitu, kita bisa lebih bijak dan sehat secara finansial dan mental.

    BalasHapus
  3. Betul banget kak. Berhutang itu kebiasaan yang bisa jadi penyakit dan lingkaran setan yang tidak akan ada habisnya kalau masih menuruti hawa nafsu berbelanja hal yang tidak dibutuhkan. Makanya saya selalu alokasikan membayar hutang terlebih dahulu baru tabungan untuk dana darurat.

    Percayalah, hidup tanpa berhutang itu nyaman banget deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuuullll ... Prioritas untuk membayar hutang terlebih dahulu adalah langkah yang bijak. Dengan begitu, kita bisa lebih tenang dan fokus pada keuangan kita tanpa beban. Selain itu, hidup tanpa hutang benar-benar memberikan rasa nyaman dan bebas, ya!

      Semoga banyak orang yang bisa mengambil pelajaran dari pengalaman ini. Terima kasih komennya mbak

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)