Acara Mewah, Tapi Kenapa Perutku Cuma Dapat Harapan?


    Ketika Clara menerima undangan mendadak dari sahabatnya, dia sempat merasa senang. Siapa yang tidak ingin menghadiri acara yang diadakan oleh Nia, seorang wanita cantik, modis, dan pintar yang dikenal sebagai coach berskala internasional serta pelaku bisnis MLM mahal!

    Dengan semangat, Clara hadir di venue tepat waktu. Ya tentu saja, venue tersebut mencerminkan spirit teman kecilnya tersebut. Sebuah resto yang mewah di tengah mal yang juga tak kalah megah. Luxurious! 

    Clara antusias mendengarkan presentasi demi presentasi. Mulai dari kesehatan hingga suplemen atau superfood, sampai pada peluang bisnis yang sedang Nia presentasikan.



Hargailah Orang Lain & Waktu Mereka

    Satu, dua, tiga jam berlalu, kebahagiaan Clara segera sirna saat ia menyadari presentasi yang diadakan di tengah lokasi resto yang tampak mewah itu, tidak ada makanan atau minuman yang disediakan. Nia sibuk berbicara, padahal pelayan restoran sudah mondar-mandir di sekitar mereka!

    Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 ketika Clara pamit hendak menunaikan ibadah sholat zuhur. Usai sholat, ia menghampiri Nia, karena teman-temannya sudah pulang. Nia masih sibuk di venue, namun segelas minuman pun tak ia pesan sama sekali.

     "Serius nih? Acara sekelas Nia kok nggak ada snack sama sekali?" pikirnya kesal. Apakah Nia yang super canggih itu tak pernah mendapat pendidikan karakter ? Clara berusaha menahan rasa laparnya dan menghampiri Nia. 

    "Nia, ini acara apa? Kenapa nggak ada makanan?" tanya Clara dengan nada setengah bercanda, tapi tetap ada rasa kesal di dalamnya.

    Nia tersenyum lebar, "Oh, Clara! Aku pikir kita bisa fokus pada networking dan sharing pengalaman saja. Makanan itu kan bisa mengalihkan perhatian!"

    Clara menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. "Mungkin kamu benar, tapi aku yakin banyak orang di sini yang lebih suka ngemil sambil ngobrol. Sekarang aku merasa seperti datang ke pesta tanpa perayaan!"

    Nia hanya tertawa dan menjawab, "Baiklah, sekarang kita pulang, yuk." Bahkan tetap tidak memesan apa pun! Clara menggelengkan kepala, berhitung waktu yang sudah ia buang hari ini. 5 jam ia terjebak di situasi, karena saat berangkat terburu-buru, tak membawa dompet, dan Nia mengatakan toh  acara ini akan diadakan di sebuah mal!

Mereka pun beranjak pulang, walau ternyata di tengah lobi mal tersebut, Nia masih terdistraksi dengan mengajak berbincang pengunjung yang ia prospek secara sambil lalu!

    Clara melihat jam. Setengah jam berlalu lagi! Ia semakin kecewa. Walau produk dan bisnis yang Nia perkenalkan sangat bagus, dan Nia berbicara dengan sangat mahir, namun Clara memastikan ia tak akan pernah mau ikut lagi dengan Clara. 

    Sebagai seorang leader yang terlihat sukses dan sudah lebih beberapa tahun berada di dalam dunia marketing, sikap yang Nia tunjukkan sangat jauh dari omongannya yang selangit. Nia menunjukkan sikap tak peduli sama sekali kepada resto yang ia kunjungi berjam-jam. Nia juga menunjukkan sikap tak menghargai Clara. 

    Momen tersebut menjadi pelajaran berharga bagi Clara. Ia ingat pernah membaca di sebuah postingan teh Okti Li - seorang blogger senior-  bahwa sikap tidak hanya ditunjukkan melalui penampilan atau kata-kata motivasi, tetapi juga melalui perhatian terhadap kebutuhan orang lain!

    Meskipun Nia adalah seorang wanita sukses dengan banyak pencapaian, ia tetap harus belajar untuk menghargai setiap detail dalam interaksi sosial.

    Sejak itu, Clara berkomitmen untuk selalu memperhatikan hal-hal kecil dalam setiap acara yang ia selenggarakan. Ia selalu tak lupa menyediakan makanan dan minuman sebagai simbol perhatian dan penghargaan kepada para tamunya. Dari pengalaman tersebut, Clara semakin memahami bahwa sikap baik dan perhatian adalah bagian dari kesuksesan sebagai pribadi, tak hanya simbol dari perusahaan yang ingin ia pancarkan kepada dunia.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)